Wednesday, October 15, 2008

Fenomena Tindihan Waktu Tidur (Sleep Paralysis)

Fenomena Tindihan Waktu Tidur (Sleep Paralysis)



Pernah terbangun dari tidur, tapi sulit bergerak ataupun berteriak? Tenang, Anda bukan sedang diganggu mahkluk halus. Ini penjelasan ilmiahnya!

KEJADIAN ini sering saya alami sejak zaman SMA, bahkan hingga sekarang (meski frekuensinya sudah sangat berkurang). Saat hendak bangun dari tidur atau baru saja terlelap, saya merasa seperti ditindih sesuatu. Ini membuat saya sulit bangun ataupun berteriak minta tolong.

Lalu, ada sedikit rasa dingin menjalar dari ujung kaki ke seluruh tubuh. Untuk bisa bangun, satu-satunya cara adalah menggerakkan ujung kaki, ujung tangan atau kepala sekencang-kencangny a hingga seluruh tubuh bisa digerakkan kembali.

Setelah itu, biasanya saya tidak berani tidur. Takut kesadaran saya hilang atau kejadian itu berulang lagi. Apalagi saat kejadian, saya seperti melihat sebuah bayangan di kegelapan.

Pernah saya saya bercerita tentang hal ini pada ibu saya. Beliau mengatakan saya mengalami tindihan. Dan menurut kepercayaan orang tua, yang menindih adalah makhluk halus. Ih, seram ya! Namun, logika saya berusaha mencari penjelasan ilmiah. Inilah hasilnya

Sleep Paralysis


Menurut medis, keadaan ketika orang akan tidur atau bangun tidur merasa sesak napas seperti dicekik, dada sesak, badan sulit bergerak dan sulit berteriak disebut sleep paralysis alias tidur lumpuh (karena tubuh tak bisa bergerak dan serasa lumpuh). Hampir setiap orang pernah mengalaminya. Setidaknya sekali atau dua kali dalam hidupnya.

Sleep paralysis bisa terjadi pada siapa saja, lelaki atau perempuan. Dan usia rata-rata orang pertama kali mengalami gangguan tidur ini adalah 14-17 tahun. Sleep paralysis alias tindihan ini memang bisa berlangsung dalam hitungan detik hingga menit. Yang menarik, saat tindihan terjadi kita sering mengalami halusinasi, seperti melihat sosok atau bayangan hitam di sekitar tempat tidur. Tak heran, fenomena ini pun sering dikaitkan dengan hal mistis.

Di dunia Barat, fenomena tindihan sering disebut mimpi buruk inkubus atau old hag berdasarkan bentuk bayangan yang muncul. Ada juga yang merasa melihat agen rahasia asing atau alien. Sementara di beberapa lukisan abad pertengahan, tindihan digambarkan dengan sosok roh jahat menduduki dada seorang perempuan hingga ia ketakutan dan sulit bernapas.

Kurang Tidur


Menurut Al Cheyne, peneliti dari Universitas Waterloo, Kanada, sleep paralysis, adalah sejenis halusinasi karena adanya malfungsi tidur di tahap rapid eye movement (REM).

Sebagai pengetahuan, berdasarkan gelombang otak, tidur terbagi dalam 4 tahapan. Tahapan itu adalah tahap tidur paling ringan (kita masih setengah sadar), tahap tidur yang lebih dalam, tidur paling dalam dan tahap REM. Pada tahap inilah mimpi terjadi.

Saat kondisi tubuh terlalu lelah atau kurang tidur, gelombang otak tidak mengikuti tahapan tidur yang seharusnya. Jadi, dari keadaan sadar (saat hendak tidur) ke tahap tidur paling ringan, lalu langsung melompat ke mimpi (REM).

Ketika otak mendadak terbangun dari tahap REM tapi tubuh belum, di sinilah sleep paralysis terjadi. Kita merasa sangat sadar, tapi tubuh tak bisa bergerak. Ditambah lagi adanya halusinasi muncul sosok lain yang sebenarnya ini merupakan ciri khas dari mimpi.

Selain itu, sleep paralysis juga bisa disebabkan sesuatu yang tidak dapat dikontrol. Akibatnya, muncul stres dan terbawa ke dalam mimpi. Lingkungan kerja pun ikut berpengaruh. Misalnya, Anda bekerja dalam shift sehingga kekurangan tidur atau memiliki pola tidur yang tidak teratur.

Jangan Anggap Remeh


Meski biasa terjadi, gangguan tidur ini patut diwaspadai. Pasalnya, sleep paralysis bisa juga merupakan pertanda narcolepsy (serangan tidur mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk), sleep apnea (mendengkur) , kecemasan, atau depresi.

Jika Anda sering mengalami gangguan tidur ini, sebaiknya buat catatan mengenai pola tidur selama beberapa minggu. Ini akan membantu Anda mengetahui penyebabnya. Lalu, atasi dengan menghindari pemicu. Bila tindihan diakibatkan terlalu lelah, coba lebih banyak beristirahat.

Kurang tidur pun tidak boleh dianggap remeh. Jika sudah menimbulkan sleep paralysis, kondisinya berarti sudah berat. Segera evaluasi diri dan cukupi kebutuhan tidur. Usahakan tidur 8-10 jam pada jam yang sama setiap malam.

Perlu diketahui juga, seep paralysis umumnya terjadi pada orang yang tidur dalam posisi telentang (wajah menghadap ke atas dan hampir nyenyak atau dalam keadaan hampir terjaga dari tidur). Itu sebabnya, kita perlu sering mengubah posisi tidur untuk mengurangi risiko terserang gangguan tidur ini.

Nah, jika tindihan disertai gejala lain, ada baiknya segera ke dokter ahli tidur atau laboratorium tidur untuk diperiksa lebih lanjut. Biasanya dokter akan menanyakan kapan tindihan dimulai dan sudah berlangsung berapa lama. Catatan yang telah Anda buat tadi akan sangat membantu ketika memeriksakan diri ke dokter.

Mitos Sleep Paralysis Di Berbagai Negara

- Di budaya Afro-Amerika, gangguan tidur ini disebut the devil riding your back hantu atau hantu yang sedang menaiki bahu seseorang.

- Di budaya China, disebut gui ya shen alias gangguan hantu yang menekan tubuh seseorang.

- Di budaya Meksiko, disebut se me subio el muerto dan dipercaya sebagai kejadian adanya arwah orang meninggal yang menempel pada seseorang.

- Di budaya Kamboja, Laos dan Thailand, disebut pee umm, mengacu pada kejadian di mana seseorang tidur dan bermimpi makhluk halus memegangi atau menahan tubuh orang itu untuk tinggal di alam mereka.

- Di budaya Islandia, disebut mara. Ini adalah kata kuno bahasa Island. Artinya hantu yang menduduki dada seseorang di malam hari, berusaha membuat orang itu sesak napas dan mati lemas.

- Di budaya Tuki, disebut karabasan, dipercaya sebagai makhluk yang menyerang orang di kala tidur, menekan dada orang tersebut dan mengambil napasnya.

- Di budaya Jepang, disebut kanashibari, yang secara literatur diartikan mengikat sehingga diartikan seseorang diikat oleh makhluk halus.

- Di budaya Vietnam, disebut ma de yang artinya dikuasai setan. Banyak penduduk Vietnam percaya gangguan ini terjadi karena makhluk halus merasuki tubuh seseorang.

- Di budaya Hungaria, disebut lidercnyomas dan dikaitkan dengan kata supranatural boszorkany (penyihir). Kata boszorkany sendiri berarti menekan sehingga kejadian ini diterjemahkan sebagai tekanan yang dilakukan makhluk halus pada seseorang di saat tidur.

- Di budaya Malta, gangguan tidur ini dianggap sebagai serangan oleh Haddiela (istri Hares), dewa bangsa Malta yang menghantui orang dengan cara merasuki orang tersebut. Dan untuk terhindar dari serangan Haddiela, seseorang harus menaruh benda dari perak atau sebuah pisau di bawah bantal saat tidur.

- Di budaya New Guinea, fenomena ini disebut Suk Ninmyo. Ini adalah pohon keramat yang hidup dari roh manusia. Pohon keramat ini akan memakan roh manusia di malam hari agar tidak menggangu manusia di siang hari. Namun, seringkali orang yang rohnya sedang disantap pohon ini terbangun dan terjadilah sleep paralysis.

Wednesday, September 24, 2008

Manusia Berbudi Luhur

Umumnya orang menjadi baik ketika orang-orang disekitarnya baik.tetapi menjadi baik hanya saat orng lain baik terhadap anda bukanlah sifat sejati seorang manusia bajik(berbudi luhur).seorang barulah disebut manusia berbudi luhur bila ia bersikap baik pada semua orang,tak peduli apakah mereka baik atau buruk padanya.ketika anda tinggal disuatu komunitas anda harus berusaha hidup rukun bersama orang-orang diseputar anda.tetapi ketika anda sendirian,apakah anda hidup rukun dengan diri(batin maupun pikiran) anda?seorang manusia berbudi luhur adalah seorang yang hidup dengan sadar(menegakkan sati),bijaksana dan penuh cinta kasih(metta) terhadap pihak lain.jika hidup dengan penuh sati(sadar),bijaksana dan metta,kita akan rukun dengan siapa saja.

Bukan hanya terbatas pada manusia,bahkan dewa Sakka(Raja Para dewa) didalam cerita Sutta,tak mampu melakukankan hal ini.ia mengalami penderitaan saat menjelang akhir hidupnya dialam dewa.Mengapa?karena batinnya diliputi dengan iri hatin dan kekalutan karena bakal terlepasnya kerajaan surgawi serta semua kepemilikannya kepada penerus yang berikutnya.karena itu Sakka Sang Raja para dewa menghadap Sang Buddha dan bertanya,"Semua makhluk hidup menginginkan kebahagiaan,kedamaian,terbebas dari penderitaan.namun walaupun mereka menginginkan ini semua,mengapa mereka tidak terbebas dari penderitaan hidup?"

Sang Buddha menjawab,"Makhluk hidup mendambakan semua ini namun mereka masih menderita karena irihati(issa) dan kikir(macchariya)."Bila seseorang menumbuhkan rasa dengki saat melihat keberuntungan atau kesejahteraan orang lain,itulah iri hati.bila seseorang merasa senang dengan kemalangan orang lain,orang ini takkan pernah merasa tentram hidupnya.bila seseorang menggenggam erat2 kepemilikannya,melekati apa yang dia miliki itulah sifat kikir(macchariya).bila pihak lain sukses dan berhasil dalam hidupnya maka seyogyanya ia turut berbahagia atas keberuntungan mereka.sejaumlah orang tidak memandang demikian,mereka hanya bisa mengais kesalahan orang lain,memandang dari sisi negatif saja.

Iri hati adalah bagian dari kebencian(Dosa,pali text).meninggal dengan batin diliputi kebencian akan membawa kelahiran kembali dialam neraka.Kikir adalah bagian dari sifat serakah(Lobha).meninggal dengan lobha akan terlahir dialam Peta(setan kelaparan).karena lobha dan dosa(kebencian),makhluk hidup berada dalam kesengsaraan yang memilukan.apabila hidup dengan kesadaran dan kebijaksanaan,sikap mental demikian tidak akan ada.bila hidup dengan Metta(cinta kasih),seseorang dapat lebih bersabar terhadap orang lain,lebih mudah memaafkan orang lain.

Sebatang pohon akan memberikan keteduhan kepada penebang pohon sampai akhirnya ia ditumbangkan.sepotong kayu cendana akan terus menyebarkan wanginya kepada orang yang menyulutnya sampai ia terbakar habis menjadi abu.begitu pula seorang makhluk berbudi luhur akan terus memberikan pertolongan bahkan kepada penyerangnya.dalam sebuah kisah diceritakan,Sang Bodhisatta(Bodhisatva) dalam kelahirannya sebagai seekor raja kera,menolong seorang pemburu yang jatuh kedalam sebuah lubang besar.karena kehabisan tenaga setelah mengeluarkan pemburu itu,ia beristirahat sebentar dipangkuan sang pemburu.pemburu tersebut berpikir,daripada hari ini tidak berhasil menangkap seekor binatang pun,lebih baik membawa pulang daging kera.dengan sebongkah batu,pemburu ini menghantam kepala si raja kera,dan menciderainya.bayangkan betapa kejinya sipemburu kepada kera yang telah menyelamatkan dirinya.si raja kera dengan kepala terluka berusaha menyelamatkan diri dan lari keatas pohon.timbul pemikiran dalam diri siraja kera bahwa bila ia meninggalkan si pemburu ditengah hutan tanpa menunjukkan jalan keluar sementara hari sudah menjelang malam maka besar kemungkinan si pemburu akan tersesat dan menjadi santapan harimau.didorong rasa belas kasihan tanpa memikirkan bahwa sipemburu baru saja bermaksud mencelakai dirinya,si raja kera menyuruh si pemburu mengikuti ceceran darahnya dan menuntun si pemburu keluar dari hutan,sehingga selamatlah jiwa si pemburu.

seorang makhluk berbudi luhur akan memberikan pertolongan bahkan pada penyerangnya,dengan keringat dan darahnya.dengan selalu mengembangkan rasa iba dan belas kasih pada orang,batin kita menjadi tenang.raihlah berkah dari Buddhasasana dengan mengembangkan sifat berbelas kasih,gemar berdana,dan menegakkan sila dalam kehidupan sehari.semoga sedikit cerita diatas bisa menjadi motivator bagi kita untuk mengembang hati yang penuh cinta kasih kepada semua makhluk tanpa terkecuali.SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA.....SEMOGA SEMUA MAKHLUK HIDUP BERBAHAGIA....

JINAPANJARA GATHA

JINAPANJARA GATHA

 

(JINABANCHON PUNNA SOMDETTO)




Namo tassa bhagavato arahato sammā-sambuddhassa! (3X)

Puttakāmolabheputta
dhanakāmolabhedhana
Atthikāyekāyañaya devānapiyata suttavā
Itipi so bhagavā yamarājāno
Dāvvessuvaṇṇo maraamsukha
Arahamsugato namobuddhāya

Jayasanagata viraHetva maram savahinam Catosacca matarasam Ye pivimsu narasabha

Tanhankaradayo buddhaAtthavisati nayaka Sabbe patitthita mayhem Matthake me munissara
Sire patitthita buddhaDhammo ca mama locane Sangho patitthito mayhem Ure sabba gunakaro

Hadaye Anuruddho caSariputto ca dakkhine Kondano pitthibhagasmim Moggalano'si vamake

Dakkhine savane mayhemAsum Ananda Rahula Kassapo ca Mahanamo Ubho sum vamasotake
Kesante pitthibhagasmimSuriyo'va pabhankaro Nisinno sirisampanno Sobhito muni pungavo
Kumarakassapo namaMahesi citravadako So mayhem vadane niccam Patittha'si gunakaro
Punno Angulimalo caUpali Nanda Sivali Thera panca ime jata Lalaje tilaka mama
Sesa siti mahathasiVijata jina-savaka Jalanta sila-tejena Anga'mangesu santhita
Ratanam purato asiDakkhine metta suttakam Dhajaggam pacchato asi Vame angulimalakam
Khanda-Mora-parittancaAtanatiya suttakam Akasacchadanam asi Sesa pakara-sannita
Jinana bala samyutaDhammapakara lankate Vasanto me catukiccena Sada sambuddha panjare
VatapittadisanjataBahirajjhattu'paddava Asesa vilayam yantu Ananta-guna-telasa
Jinapanjara-majjhathamViharantam mahitale Sada palentu mam sabbe Te maha-purisasabha
Icceva m'accantakato surakkhoJinanubhavena jitu'paddavo Buddhanubhavena hatarisangho Carami saddhama'nubhavapalito

Icceva m'accantakato surakkho Jinanubhavena jitu'paddavo Dhammanubhavena hatarisangho Carami saddhama'nubhavapalito
Icceva m'accantakato surakkhoJinanubhavena jitu'paddavo Sanghanubhavena hatarisangho Carami saddhama'nubhavapalito
Saddhammapakarararikkhita'smiAtthariya atthadisasu honti Etthantare atthanatha bhavanti Uddharu vitanam va jina thita me
Bhindanto marasenam mama shasi thitoBhodi maruyha sattha Moggallano'si vame vasari bhujatate Dakkhine sariputto

Dhammo majjhe urasmim viharati bhavato Mokkhato morayonim Sampatto bodhisatto carana yugagato Bhanu lokekanatho
Sabba'vamangala'mupaddava dunnimitam
Sabbitiroga gahadosa'masesa ninda Sabbantaraya bhaya dussipinam akantam Buddhanubhavapavarena payatu nasam
Sabba'vamangala'mupaddava dunnimitam
Sabbitiroga gahadosa'masesa ninda Sabbantaraya bhaya dussipinam akantam Dhammanubhavapavarena payatu nasam
Sabba'vamangala'mupaddava dunnimitam
Sabbitiroga gahadosa'masesa ninda Sabbantaraya bhaya dussipinam akantam Sanghanubhavapavarena payatu nasam



TERJEMAHAN:


Syair Istana Sang Buddha






Terpujilah Sang Bhagava yang telah mencapai penerangan sempurna (3X)

Para Pahlawan, telah mengalahkan kejahatan,
bersama pasukannya, menduduki bangku Kemenangan.
Para Pemimpin manusia telah meminum inti sari
Empat Kebenaran Mulia.

Semoga dua puluh delapan Buddha, seperti
Buddha Tamhankara dan Para Arahat
berdiam di kepalaku.
Semoga Sang Buddha berdiam di kepalaku;
Sang Dhamma di mataku;
Sang Sangha, Ladang segala Kebajikan di pundakku.

Semoga Anuruddha berdiam di hatiku;
Sariputta di kananku; Kondanna di punggungku dan Maha Mogalana di kiriku.
Ananda dan Rahula berada di telinga kananku;
Kassapa dan Mahanama berada di telinga kiriku.

Di tengkukku duduklah
Sobhita Agung, yang bersinar bagaikan Matahari.
Penutur Dhamma, Yang Mulia Kumara Kassapa,
Ladang segala Kebajikan, berdiam di mulutku.

Di dahiku ada lima Thera:
Punna, Angulimala, Upali, Nanda, dan Sivali.
Tiga puluh delapan Thera yang lain,
Para Murid dari Sang Penakluk,
bercahaya dalam Kemenangan akan Kebajikan,
berdiam di bagian tubuhku yang lain.

Sutta Permata ada didepanku,
di sebelah kananku Sutta Cinta Kasih.
Sutta Perlindungan di punggungku,
di sebelah kiriku ada Sutta Angulimala.

Sutta perlindungan: Khanda, Mora, dan Atanatiya bagaikan Pilar Surgawi.
Sutta yang lain bagai Tembok Pelindung disekelilingku.

Semoga semua Manusia Besar tersebut selalu melindungiku yang berada
di tengah-tengah Istana Buddha dalam dunia ini.
Dengan Kekuatan Kebaikan Mereka yang tak terbatas,
Semoga semua halangan dari dalam dan luarku hilang tanpa terkecuali.
Semoga Mereka melindungiku dalam setiap kesempatan.
Mengatasi semua halangan dengan Kekuatan Sang Penakluk
(Sang Buddha, Sang Dhamma, dan Sang Sangha)
Semoga aku mengalahkan tentara nafsu dan hidup dalam
Perlindungan Sang Dhamma yang Sempurna!

Thursday, September 18, 2008

Pertapa muda dan Kepiting

Suatu ketika di sore hari yang terasa teduh, tampak seorang pertapa muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai. Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan.

Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera melihat ke arah tepi sungai di mana sumber suara tadi berasal. Ternyata, di sana tampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.

Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Karena itu, ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.

Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya. Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya.

Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting.

Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang menghampiri dan menegur si pertapa muda, "Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?"

"Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka,

saya tidak mempermasalahkan jaritangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa makhluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting," jawab si pertapa muda dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik.

Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya. "Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong makhluk lain, bukankah tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan, betul kan ?"

Seketika itu, si pemuda tersadar. "Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu.Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang Paman ajarkan."

Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun.

Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu.

Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.

 

Monday, September 8, 2008

Cinta dan Perkawinan Menurut Plato

Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?

Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta" Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"

Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)"

Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"

Gurunya kemudian menjawab " Jadi ya itulah cinta"

Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"

Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar / subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"

Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"

Gurunyapun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"

CATATAN - KECIL :

Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.

____________ _________ _________ _________ _________ ________

Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.

 

Wednesday, September 3, 2008

Orang Bijaksana

(Dhammapada XIX,258)

Seseorang tidak bisa disebut sebagai orang Bijaksana,
hanya dikarenakan ia banyak bicara.
Akan tetapi,
orang yang terbebas dari kebencian dan ketakutan,
juga tidak melekat pada apapun serta penuh damai,
barulah pantas disebut sebagai orang yang bijaksana.


(Anguttara Nikaya II,78)

Seseorang yang bijaksana,
tidak akan menceritakan keburukan orang lain,
sekalipun jika ia ditanya, apalagi jika tidak ditanya!
Namun, apabila ia perlu untuk berbicara,
sepatutnya ia mengemukakan dengan hati-hati!
Inilah arti dari perkataan," Orang tersebut bijaksana "

Selanjutnya, seseorang yang bijaksana,
sekalipun tidak ditanya,
ia akan menceritakan kebaikan orang lain.
Namun, jika ditanya dan ia perlu untuk berbicara,
sepatutnya ia memuji kebaikan orang lain tersebut,
dengan terus terang, tanpa keraguan dan jelas!
Inilah arti dari perkataan," Orang tersebut bijaksana "

Sekali lagi, seseorang yang bijaksana,
sekalipun tidak ditanya, ia membicarakan kelemahannya.
Namun, jika ditanya kelemahannya dan ia perlu bicara,
sepatutnya ia berbicara tentang kelemahannya sendiri,
dengan terus terang, tanpa keraguan dan jelas!
Inilah arti dari perkataan," Orang tersebut bijaksana "

Akhirnya, seseorang yang bijaksana,
sekalipun ditanya,
ia tidak akan membicarakan kehebatannya.
Namun, jika ditanya kehebatannya dan ia perlu bicara,
sepatutnya ia bicarakan kehebatannya dengan hati-hati,
dengan penuh keraguan dan secara singkat!
Inilah arti dari perkataan," Orang tersebut bijaksana "


Raja Asoka,Abad ke-3 SM
(Piagam Batu Kalinga No.XII)

Seseorang semestinya,
tidak hanya menghormati agamanya sendiri,
dengan menghina agama orang lain.
Melainkan dengan menghormati agama orang lain pula,
dengan demikian,
dia menjadikan agamanya sendiri berkembang,
sekaligus membantu agama lain untuk berkembang.
Apabila dia berbuat sebaliknya,
dengan menghina agama orang lain,
maka, dia akan merusak agamanya sendiri.
Sebaliknya pula, apabila dia berpikir,
saya harus mengagungkan agama saya sendiri,
ia malahan akan merusak agamanya sendiri.
Oleh sebab itu," Keharmonisanlah yang terbaik "
Marilah kita semua mau mendengarkan,
dan bersedia mendengarkan ajaran agama lain.

Sabbe satta bhavantu sukhitatta
sadhu sadhu sadhu
Namo Buddhaya

Tuesday, August 19, 2008

Memahami belum tentu mengerti menjalankannya

Memahami belum tentu mengerti menjalankannya

 

Ada seorang Umat Buddha bernama A, Si A adalah seorang Sarjana yang menguasai semua ilmu agama Buddha. Ia merasa sudah mengerti ilmu tersebut, Dengan sombongnya ia berkata " Tiada orang dunia ini mampu menandingi diri ku". Dengan langkah congkaknya ia mengajak berdebat agama Buddha dengan siapa saja ia temui, dan tak ada satupun yang bisa menandingi kemampuan beliau.

 

Seringnya ia berdebat, sampai ia tidak punya lawan bicara ia sampai akhirnya mencoba menantangi semua Anggota sanggha dan samanera yang ada di Daerah nya. Tak ada satu pun yang bisa mengalahkan beliau. Dan Ia berkata " HA!, Betapa hebatnya aku ini, semua Sanggha tidak dapat mengalahkan ilmu ku, Dan tak ada yang mampu menandingi diriku ini". Sampai suatu saat ia bertemu salah satu sanggha dan ia mengajak tanding ilmu ke agamaannya. Dan sang sanggha tak mampu mengalahkannya dan berkata pada si A "Ananda , ada suatu tempat nun jauh disana. Ada seorang Sangha yang mampu mengalahkan dirimu". Si A Kaget dan Takjub serta penasaran dan bergunam
" Mana Mungkin, Semua Sanggha dan semua samanera sudah ku kalahkan dan tidak satupun di dunia ini mampu mengalahkan diriku".

 

Lalu karena sikap penasaranya si A, ia pun mau menempuh perjalanan yang sangat jauh dan belum pernah ia lakukan sebelumnya. Dan ingin tahu siapa yang mampu menaklukan dirinya. Sampai disebuah Vihara yang sangat terpencil, yang belum pernah ia ketahui. Dan ia bergembira telah sampai. Dan ia berkata "akhirnya aku sampai ke tempat si sanggha, Pasti akan berakhir sama dengan sebelumnya, HA.... HA.... HA.....". Dengan langkah yang Tegap dan kepala mengadah keatas dan tanggan diatas pinggang dan menunjukan sifat Sombongnya kesemua orang. Setiap ia temui apa itu Samanera apa itu Sanggha ia bergumam dharma dan menantang semua samanera yang ada di vihara tersebut dan Sambil berkata " Adakah orang yang lebih mengusai pengetahuanku akan Buddha Dharma, dan ilmu Kebuddhisan selain diriku ?".

 

Lalu semua Sammanera marah dan jengkel sama orang tersebut ingin mengusir orang tersebut. lalu tiba- tiba ada seorang Samamera cilik muncul " Paman, paman, apakah  yang paman maksud ingin bertemu kepala sanggha yang ada disini ?". Dan si A berkata dengan suara lantang " Adakah orang mampu mengalahkan diriku, Tunjukan dia berada dimana sekarang ?". Lalu samanera kecil itu menunjukan jalan menuju kepala Vihara di Vihara tersebut. Dan Semua samanera dengan muka yang sangat jengkel dan ingin sekali mengusir si A dari tempat mereka. Terpaksa pasrah menerima tamu yang tak diundang dengan sombongnya itu.

Ketika tiba di aula utama Si A melihat si kepala biara sedang bermeditasi dan tersenyum. Lalu si A dengan jurus Silat lidahnya mulai ia berkata dan mengumbar teori tentang meditasi. Dan Sang sangha hanya terdiam tidak mengeluarkan satu patah kata pun dan tetap tersenyum. Si A bingung melihat tingkah sang Sangha, sangking jengkelnya si A dan berkata teori dharma dan memancing emosi si kepala biara, ia terus berceloteh Sampai 3 jam masalah meditasi sang Sanggha.Dan tidak ada kata sepatah katapun keluar dari Sang Sanggha dan selalu dengan muka tersenyum.

Si A Tambah Aneh melihat tingkah laku kepala Sangha vihara tersebut, ketika kepala Sanggha Tersebut selesai meditasi lalu ia melanjutkan dengan berdoa depan altar sang Buddha, Dan Si A bertambah usil dan mencoba menghina, mencaci dan memaki dengan cara mengajarinya cara bersembayang yang tepat, Tapi tidak digubris oleh kepala sangha vihara tersebut, malah tetap tersenyum dan terus memanjatkan doanya.

Tingkah laku Si A semakin menjadi – jadi dengan sengaja mengeluarkan kata – kata dan kalimat kasar serta mencaci maki dan menghina kepala Sangha di Vihara itu, ketika sang kepala Sangha sedang memberikan dharmadesana, Dengan Tersenyum kepala Sangha itu terus melakukan aktivitasnya tanpa melihat diri si A. Semua samanera, dan umat melihatnya sangat jengkel dan marah ingin sekali mencaci maki dan mengusir si A. Tapi karena melihat kepala Sangha divihara itu langsung bersikap sabar dan melantunkan doa.

Semakin jengkel si A melihat Tingkah sang kepala Sangha ini setiap kali si Sangha meditasi, Berdoa, dharmadesana, makan, tidur, dan bahkan kekamar kecil pun Si A terus mengikuti sambil bergumam dan berkata semua ilmu keBuddhaan yang ia miliki, Tapi sang sangha tak pernah berkata dan menjawab dari kalimat si A, Dan selalu dengan muka yang tersenyum dan pergi melanjutkan semua aktifitasnya. Selama 3 hari dan 3 malam Si A Merasa Kesal dan jengkel melihat tingkah si kepala sangha, tidak pernah menjawab dan mengubris nya seperti sangha - sangha yang lainnya.

Akhirnya Si A merasa begah dan kesal dan akhirnya ia menyerah dan berkata " Kepala Sangha, mengapa anda tidak pernah mengubris saya dan berkata apapun juga, dari ilmu saya pelajari, Saya sudah sengaja menguji seberapa pengetahuan anda akan Agama Buddha, Tapi Anda tidak menjawab satu pun, perdebatan saya , mengapa ?".

Dan akhirnya Kepala Sangha dengan muka Tersenyum dan menjawab "Akhir engkau mulai mengerti ".

Si A Binggung dan bertanya kembali " Apa Yang Ku mengerti ?".

Dan kepala Sangha itu menjawab " Apa yang kau lihat selama ini, yang aku lakukan ?".

Si menjawab " iya, saya lihat ".

Lalu kepala sangha itu berkata "Apa Yang Kamu ketahui, selama ini, dari kau lihat dari diri ku ?".

Si A menjawab " Saya melihat anda berdoa, Bermeditasi, dharmadesana dan melakukan aktivitas anda dan tidak mengeluarkan sepatah kata apapun pada diriku dan selalu tersenyum ".

Sang kepala Sangha menjawab " Itulah sebabnya aku mengatakan pada dirimu, kau sudah mengerti", lalu Si A bertanya " Maksud Guru, mohon bimbingan Guru, apa yang saya mengerti?" dengan suara pelan dan dengan tanpa menunjukan emosinya sudah tidak terlihat lagi.

Kepala sangha itu menjawab " Engkau sungguhlah pandai ananda, semua ilmu keBuddhaan sukses kau kuasai, tapi sayang engkau tidak bisa dan tidak mampu menjalankan sedikit dari ilmu yang kamu kuasai, selama ini engkau terperangkap dalam teori sutta, vinaya saja, tapi tidak pernah mau menjalankan semua yang diajarkan oleh teori sutta, vinaya sungguh sanggatlah disayangkan dirimu itu tidak pernah menjalankannya sedikitpun didalam dirimu".

Si A kaget Pernyataan sang Kepala Sanggha dan bersujud 3 kali kepada kepala sangha itu "Mohon Maaf Ku, ya Guru Agung selama ini aku salah dalam perbuatanku, dan merasa diriku paling benar, ternyata aku aku salah karena aku menguasai teori kebuddhan, tapi tidak menjalankannya, malah aku menjadi sombong, terikat, telah melakukan lobha dan menjadi annica didalam diriku, dan mulai sekarang aku bersumpah didepan altar Buddha. Aku tidak akan mengulangi semua perbuatanku. Dan aku tidak akan mengucap sebarang lagi sutta dan vinaya jikalau memang dibutuhkan untuk menasehati dan memperbaiki jalan hidup seseorang yang suram menjadi lebih baik, Terima kasih ku pada mu Guru Agung ku". Dan Kepala Sangha menjawab “ Ananda tidaklah perlu meminta maaf dari diriku, kau tidak bersalah ananda pada diriku, yang paling terutama adalah kau mau memaafkan dirimu sendiri, agar kau tidak mengulangi karma buruk mu, mulai lah kehidupanmu yang baru dengan memjalankan semua darma Buddha, dan semua ajarannya memalalui perliraku kehidupanmu ananda”. Dan Akhirnya si A Berkata “ Terima Kasih Guru Agung ku”

Dari semenjak itulah si A tidak pernah lagi mengumbar Teori kebuddhisan lagi, hanya untuk menunjukan dirinya sudah merasa menguasai agama Buddha, untuk menunjukan diri kesombongan dirinya. Untuk merasa dirinya paling benar. Tapi ia mulai menguranginya dengan tingkah laku, tutur kata dan perbuatannya. Dan ia akhirnya mengerti makna menjadi seorang umat Buddhis Sejati.

 

Sabbe Sattha Bhavantu Sukhita

Taddhaya Gate - Gate Param gate Parasamgate Bodhisuava

Thursday, August 14, 2008

Kisah Si Penebang Pohon

Kisah Si Penebang Pohon

"Kan Shu De Gu Shi"

Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk
menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi
kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang
pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.

Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan
menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu
yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.

Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore
hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan
memberikan pujian dengan tulus, "Hasil kerjamu sungguh luar biasa!
Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum
pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu."

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang
bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7
batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi
hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin
bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil
dirobohkan. "Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan
kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawab kan hasil kerjaku
kepada majikan?" pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa.
Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf
atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa
yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu
mengasah kapak?"

"Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu. Saya sangat sibuk
setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat
tenaga," kata si penebang.

"Nah, di sinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan
kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil
luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama,
menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri,
hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apa pun, kamu harus
meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja
dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang mulailah
mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!" perintah sang majikan.

Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si
penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.

"Xiu Xi Bu Shi Zou Deng Yu Chang De Lu"

Istirahat bukan berarti berhenti.

"Er Shi Yao Zou Geng Chang De Lu"

Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi.

Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi
hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk,
sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama
pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru
untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu
mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan
menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!

Wednesday, May 28, 2008

AGANNA SUTTA

AGANNA SUTTA

1. Demikian telah kudengar, pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Savatthi, di Pubbarama milik Migaramata. Pada waktu itu Vasettha dan Bharadvaja sedang menjalani latihan kebhikkhuan bersama-sama para bhikkhu. Pada malam itu, setelah bangkit dari samadhi-Nya, Sang Bhagava keluar dari kuti (kamar) dan berjalan ke sekeliling di alam terbuka di sebelah kamar.

2. Hal ini terlihat oleh Vasettha, lalu ia mengajak Bharadvaja pergi bersama menemui Sang Bhagava. Setelah itu, mereka bersama-sama menemui Sang Bhagava, menghormat Beliau, dan berjalan mengikuti-Nya di belakang.

3. Pada saat itu, Sang Bhagava berkata kepada Vasettha, “Vasettha, engkau berasal dari keturunan dan keluarga brahmana, telah meninggalkan kehidupan rumah tangga, dan kini menempuh hidup sebagai pertapa. Apakah para brahmana tidak mencela dan menghinamu?”
“Ya, Bhante, para brahmana itu memang menghina dan mencelaku dengan berbagai macam makian, ejekan, serta kata-kata kasar yang tidak sopan. Para brahmana itu mengatakan bahwa hanya kasta brahmana yang terbaik.”

“Dalam hal ini, Vasettha, bagaimana para brahmana itu mencela dan menghinamu?”

“Bhante, para brahmana itu berkata: Hanya kaum brahmana yang berkedudukan tinggi dalam masyarakat, yang lainnya berkedudukan rendah. Hanya kaum brahmana yang berwajah cerah, yang lain berwajah suram. Hanya kaum brahmana yang berasal dari keturunan murni. Hanya kaum brahmana yang merupakan anak brahma, lahir dari mulut brahma, keturunan brahma, diciptakan oleh brahma, pewaris brahma. Sedangkan kau, Vasettha, engkau telah meninggalkan derajat terbaik, beralih ke golongan rendah, yaitu pertapa gundul, badut yang kasar, mereka yang berkulit suram, kaum rendah, keturunan yang lahir dari kaki brahma. Keadaan seperti itu tak baik dan tak pantas. Dalam hal ini, engkau telah meninggalkan kasta terhormat, bergaul dan berkumpul dengan kasta rendah tersebut. Demikianlah, Bhante, para brahmana itu mencela dan menghinaku dengan makian, ejekan, serta kata-kata kasar yang tak sopan.”

4. Vasettha, apabila mereka berkata demikian, sesungguhnya mereka telah melupakan masa lampaunya. Sebaliknya, para brahmani, istri para brahmana itu, dikenal subur, tampak hamil, melahirkan dan merawat anak-anaknya. Tetapi, masih juga para brahmana yang lahir dari kandungan itu sendiri berkata seperti itu. Dengan cara ini, mereka telah membuat tiruan terhadap sifat brahma. Hal-hal yang mereka katakan itu tidak benar. Sungguh besar akibat buruk yang akan mereka peroleh.

5. Vasettha, terdapatlah 4 kasta dalam masyarakat: khattiya, brahmana, vessa dan sudda. Sesungguhnya, Vasettha, di sini dan dimana pun terdapat kasta khattiya yang membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, memfitnah, berbicara kasar, omong kosong, serakah, kejam dan menganut pandangan-pandangan keliru.

Vasettha, demikianlah kita lihat bahwa sifat-sifat buruk dan yang dianggap demikian, yang tercela dan yang dianggap demikian, yang tidak patut dilakukan dan yang dianggap demikian, yang tidak boleh dikerjakan orang-orang terhormat dan yang dianggap demikian, sifat-sifat celaka dan yang mencelakakan, yang tidak dianjurkan para bijaksana; terdapat pula dalam diri seorang khattiya. Demikian pula, kita dapat mengatakan hal yang sama pada kasta brahmana, vessa dan sudda.

6. Demikian pula, di sini dan dimana pun terdapat kasta khattiya yang mengendalikan diri dari membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, memfitnah, berbicara kasar, omong kosong, serakah, kejam dan menganut pandangan-pandangan keliru.

Vasettha, demikianlah kita lihat bahwa sifat-sifat baik dan yang dianggap demikian, yang terpuji dan yang dianggap demikian, yang patut dilakukan dan yang dianggap demikian, yang boleh dikerjakan orang-orang terhormat dan yang dianggap demikian, sifat-sifat bermanfaat dan yang membawa manfaat, yang dianjurkan para bijaksana; terdapat pula dalam diri seorang khattiya. Demikian pula, kita dapat mengatakan hal yang sama pada kasta brahmana, vessa dan sudda.

7. Vasettha, sekarang kita tahu bahwa sifat-sifat yang baik atau buruk, tercela atau terpuji oleh para bijaksana, adalah dimiliki oleh keempat kasta tersebut, dan oleh sebab itulah para bijaksana tidak akan mengakui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh para brahmana tersebut. Mengapa demikian?

Vasettha, dalam hal ini, siapa pun dari keempat kasta ini menjadi seorang bhikkhu, arahat, orang yang telah mengalahkan noda-noda batin, telah mengerjakan segala yang patut dikerjakan, telah melepaskan beban, telah mencapai kebebasan, telah mematahkan ikatan kelahiran, telah terbebas karena memiliki pengetahuan; maka dialah yang dinyatakan terbaik di antara mereka, berdasarkan kebenaran (dhamma).

Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan mendatang.

8. Vasettha, berikut ini adalah sebuah contoh untuk mengerti alasan kebenaran (dhamma) itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang maupun dalam kehidupan mendatang.

Raja Pasenadi Kosala menyadari bahwa Samana Gotama telah meninggalkan keturunan Sakya, sedangkan Suku Sakya berada di bawah kekuasaan Raja Pasenadi Kosala. Suku Sakya memuja dan menghormatinya, mereka bangkit dari tempat duduk, beranjali dan melayaninya. Sekarang, Vasettha, sama seperti Suku Sakya yang melayani Raja Pasenadi Kosala dengan hormat, demikian pula Raja Pasenadi Kosala melayani Sang Tathagata. Raja Pasenadi berpikir: Bukankah Samana Gotama sempurna kelahirannya, sedangkan kelahiranku tidak sempurna. Samana Gotama perkasa, sedangkan aku lemah. Samana Gotama sangat mengagumkan, sedangkan aku tidak. Samana Gotama memiliki pengaruh yang besar, sedangkan aku memiliki pengaruh kecil saja. Demikianlah, oleh sebab Raja Pasenadi Kosala menghormati dhamma, sujud pada dhamma, menganggap suci dhamma, maka ia memberikan hormat dan sujud pada Sang Tathagata, bangkit dari tempat duduk, beranjali dan melayani dengan hormat. Dengan contoh ini, engkau dapat mengerti betapa dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang ini maupun dalam kehidupan mendatang.

9. Vasettha, bagi semua yang berbeda keturunan, nama, suku dan keluarga; yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga, mungkin akan ditanya: Siapakah engkau? Maka, engkau harus menjawab: Kami adalah para pertapa yang mengikuti Samana putra Sakya.

Vasettha, dia yang teguh keyakinannya pada Sang Tathagata, berakar kuat, mantap dan kokoh, suatu keyakinan yang tak dapat lagi digoyahkan oleh para pertapa dan brahmana, maupun oleh para dewa, mara, brahma, atau siapa pun dalam dunia ini, ia dapat berkata: Aku adalah anak Sang Bhagava, lahir dari mulut Sang Bhagava, lahir dari dhamma, diciptakan oleh dhamma, pewaris dhamma. Mengapa demikian? Dalam hal ini, Vasettha, nama-nama berikut ini sesuai untuk Sang Tathagata: Dhammakayo (Tubuh Dhamma), Brahmakayo (Tubuh Brahma), Dhammabhuto (Perwujudan Dhamma), Brahmabhuto (Perwujudan Brahma).

10. Vasettha, terdapatlah suatu masa, cepat atau lambat, setelah suatu masa yang sangat lama, tatkala dunia ini hancur. Pada saat ini terjadi, makhluk-makhluk umumnya terlahir kembali di Abhassara (Alam Cahaya); di sana mereka hidup dari ciptaan batin, diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup secara demikian dalam masa yang sangat lama.

Vasettha, terdapat pula suatu saat, cepat atau lambat, setelah selang suatu masa yang sangat lama, tatkala dunia ini mulai terbentuk kembali. Pada saat ini terjadi, makhluk-makhluk yang mati di Abhassara (Alam Cahaya), umumnya terlahir kembali di sini sebagai manusia. Mereka hidup dari ciptaan batin, diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup secara demikian dalam masa yang sangat lama.

11. Pada waktu itu, semuanya terdiri dari air, gelap gulita. Tidak ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang-bintang maupun konstelasi-konstelasi yang kelihatan; siang maupun malam belum ada, bulan maupun pertengahan bulan belum ada, tahun-tahun maupun musim-musim belum ada; laki-laki maupun wanita belum ada. Makhluk-makhluk hanya dikenal sebagai makhluk-makhluk saja.

Vasettha, cepat atau lambat, setelah suatu masa yang sangat lama bagi makhluk-makhluk itu, tanah dengan sarinya muncul keluar dari dalam air. Sama seperti bentuk-bentuk buih (busa) di permukaan nasi susu masak yang mendingin, demikianlah munculnya tanah itu. Tanah itu memiliki warna, bau dan rasa. Sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warna tanah itu; sama seperti madu tawon murni, demikianlah manisnya tanah itu.

12. Kemudian, Vasettha, di antara makhluk-makhluk yang memiliki pembawaan sifat serakah, berkata: Apakah ini? Ia pun mencicipi sari tanah itu dengan jarinya. Dengan mencicipinya, maka ia diliputi oleh sari itu, dan nafsu keinginan meliputi dirinya. Makhluk-makhluk lainnya pun mengikuti contoh perbuatannya, maka mereka diliputi sari itu, dan nafsu keinginan pun meliputi diri mereka. Maka, makhluk-makhluk itu mulai makan sari tanah itu, memecahkan gumpalan-gumpalan sari tanah itu dengan tangan mereka. Dengan melakukan hal ini, cahaya tubuh mereka lambat-laun memudar. Dengan memudarnya cahaya tubuh mereka, maka matahari, bulan, bintang-bintang dan konstelasi-konstelasi nampak. Demikian pula dengan siang dan malam, bulan dan pertengahan bulan, musim-musim dan tahun-tahun pun terjadi. Demikianlah, Vasettha, sejauh itu bumi terbentuk kembali.

13. Vasettha, makhluk-makhluk itu menikmati sari tanah, memakannya, hidup dengannya, dan hal itu berlangsung dalam masa yang sangat lama. Berdasarkan atas takaran yang mereka makan itu, maka tubuh mereka mulai memadat, dan terwujudlah berbagai macam bentuk tubuh. Sebagian makhluk memiliki bentuk tubuh yang indah dan sebagian lagi memiliki bentuk tubuh yang buruk. Dalam keadaan demikian, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh lebih indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh buruk, dengan berpikir: Kita lebih indah daripada mereka, mereka lebih buruk daripada kita. Sementara mereka bangga akan keindahannya sehingga menjadi sombong dan congkak, maka sari tanah itupun lenyap. Dengan lenyapnya sari tanah, mereka berkumpul bersama-sama dan meratapinya: Sayang, lezatnya! Sayang, lezatnya!. Demikian pula saat ini, jika orang menikmati rasa enak, ia akan berkata: Oh lezatnya! Oh lezatnya!; yang sesungguhnya mereka ucapkan itu hanyalah mengikuti ucapan masa lampau, tanpa mereka ketahui makna dari kata-kata itu.

14. Vasettha, tatkala sari tanah lenyap bagi makhluk-makhluk itu, muncullah tumbuh-tumbuhan dari tanah. Cara tumbuhnya seperti tumbuhan cendawan. Tumbuhan ini memiliki warna, bau dan rasa. Sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warna tanah itu; sama seperti madu tawon murni, demikianlah manisnya tanah itu. Makhluk-makhluk itu mulai makan tumbuh-tumbuhan yang muncul dari tanah itu. Mereka menikmati, memperoleh makanan, hidup dengan tumbuhan yang muncul dari tanah itu, dan hal ini terus berlangsung dalam masa yang sangat lama. Berdasarkan atas takaran yang mereka makan, maka tubuh mereka pun berkembang menjadi lebih padat, dan perbedaan bentuk tubuh mereka semakin jelas; sebagian nampak indah dan sebagian nampak buruk. Seperti yang telah lalu, mereka yang indah merendahkan mereka yang buruk. Sementara mereka bangga dengan keindahan tubuhnya sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan itu pun lenyap. Selanjutnya, tumbuhan menjalar (badalata) muncul, dan cara tumbuhnya seperti bambu. Tumbuhan ini memiliki warna, bau dan rasa sama seperti tumbuhan yang tumbuh sebelumnya.

15. Vasettha, makhluk-makhluk itu mulai makan tumbuhan menjalar tersebut. Mereka menikmati, memperoleh makanan, dan hidup dengan tumbuhan menjalar itu, dan hal ini berlangsung dalam masa yang sangat lama. Berdasarkan takaran yang mereka makan, tubuh mereka pun tumbuh semakin padat sehingga perbedaan bentuk tubuh mereka pun semakin jelas. Mereka yang indah merendahkan mereka yang buruk. Sementara mereka bangga akan keindahan tubuhnya sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan menjalar itu pun lenyap. Dengan lenyapnya tumbuhan menjalar itu, mereka berkumpul bersama-sama dan meratapinya: Kasihanilah kami, milik kami hilang! Demikian pula sekarang, pada saat orang-orang ditanya kesusahannya, mereka menjawab: Kasihanilah kami! Segala yang kumiliki telah hilang; yang sesungguhnya mereka ucapkan itu hanyalah mengikuti ucapan pada masa lampau, tanpa mengetahui makna kata-kata itu.

16. Vasettha, tatkala tumbuhan menjalar lenyap bagi makhluk-makhluk itu, muncullah tumbuhan padi (sali) yang masak di alam terbuka (akattha-pako), tanpa dedak dan sekam, harum, bulir-bulirnya bersih. Bilamana pada sore hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan malam, maka keesokan paginya padi telah tumbuh dan masak kembali. Bilamana pada pagi hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang, maka pada sore hari padi telah tumbuh dan masak kembali.

Vasettha, selanjutnya makhluk-makhluk itu menikmati padi yang masak di alam terbuka, memperoleh makanan, dan hidup dari tumbuhan padi itu, dan hal ini terus berlangsung dalam masa yang sangat lama. Berdasarkan atas takaran yang mereka makan, maka tubuh mereka pun berkembang menjadi lebih padat, dan perbedaan bentuk tubuh mereka semakin jelas. Bagi wanita tampak jelas kewanitaannya (itthilinga) dan bagi pria tampak jelas kelaki-lakiannya (purisalinga). Kemudian wanita sangat memperhatikan keadaan laki-laki, dan laki-laki sangat memperhatikan keadaan wanita. Karena mereka saling memperhatikan keadaan diri satu sama lain terlalu banyak, maka timbullah nafsu indria yang membakar tubuh mereka. Dan sebagai akibat adanya nafsu indria tersebut, mereka melakukan hubungan kelamin (methuna).

Vasettha, ketika makhluk-makhluk itu melihat mereka melakukan hubungan kelamin, maka sebagian melempari dengan pasir, sebagian melempari dengan abu, sebagian melempari dengan kotoran sapi, sambil berteriak: “Kurang ajar! Kurang ajar! Sungguh tak pantas seorang berbuat demikian pada yang lain!” Demikianlah pada saat sekarang, apabila ada seorang laki-laki dari tempat lain menjemput mempelai wanita dan membawanya pergi, orang-orang akan melemparinya dengan pasir, abu atau kotoran sapi; yang sesungguhnya hal yang mereka perbuat itu hanyalah mengikuti bentuk-bentuk masa lampau, tanpa mengetahui makna daripada perbuatan itu.

17. Vasettha, hal yang dianggap tidak pantas pada masa itu, sekarang dipandang pantas. Pada masa itu, makhluk-makhluk yang berhubungan kelamin tidak diijinkan memasuki desa atau kota selama satu bulan penuh atau dua bulan. Dan di saat itu, disebabkan makhluk-makhluk dengan mudah mencela perbuatan yang tidak pantas itu, maka mereka mulai membuat rumah-rumah hanya untuk menyembunyikan perbuatan tidak pantas itu.

Vasettha, kemudian timbullah pikiran di dalam diri sebagian makhluk yang bertabiat pemalas: “Mengapa aku harus capek-capek mengambil padi pada pagi hari untuk makan siang? Bukankah sebaiknya aku mengambil padi yang cukup untuk makan siang dan malam sekaligus?” Maka mereka pun pergi mengumpulkan padi yang cukup untuk dua kali makan.

Ketika makhluk-makhluk lain datang padanya, dan berkata: “Sahabat, marilah kita pergi mengumpulkan padi.”, dan ia pun menjawab: “Tidak, sahabat. Aku telah mengambil padi yang cukup untuk makan siang dan malam sekaligus.” Selanjutnya, mereka mengumpulkan padi yang cukup untuk makan dua hari, empat hari, dan akhirnya delapan hari.

Vasettha, sejak itu makhluk-makhluk tersebut mulai makan padi yang disimpan. Dedak mulai menutupi bulir-bulir padi yang bersih, dan terbungkus sekam. Padi yang sudah dituai atau potongan-potongan batangnya tidak segera tumbuh kembali, sehingga terjadi masa menunggu. Dan batang-batang padi mulai tumbuh berumpun.

18. Vasettha, makhluk-makhluk itu berkumpul bersama dan meratap, dengan berkata: “Kebiasaan buruk telah muncul di kalangan kita. Dahulu kita hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, tubuh bercahaya, melayang-layang di angkasa, dan hidup dalam kemegahan. Setelah suatu masa yang lama, muncullan sari tanah dari dalam air, yang memiliki warna, bau dan rasa. Kita mulai membuat sari tanah itu menjadi gumpalan dan menikmatinya. Setelah berbuat demikian, maka cahaya tubuh kita pun memudar, sehingga matahari, bulan, bintang-bintang dan konstelasi-konstelasi mulai tampak. Kita menikmati sari tanah dalam waktu sangat lama, tetapi sejak kelakuan buruk dan kebiasaan-kebiasaan tak pantas muncul di antara kita, lalu muncullah tumbuh-tumbuhan dari tanah (bhumipappatiko), yang memiliki warna, bau dan rasa. Kita mulai menikmati dan hidup dengannya dalam waktu lama, dan akhirnya pun lenyap. Lalu muncullah tumbuhan menjalar, yang memiliki warna, bau dan rasa. Kita mulai menikmati dan hidup dengannya dalam waktu sangat lama, dan akhirnya pun lenyap. Lalu muncullah padi yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan sekam, harum, dengan bulir-bulir yang bersih. Bilamana kita petik pagi untuk makan siang, maka pada sore hari telah tumbuh dan masak kembali. Demikianlah kita hidup dari padi ini untuk masa yang sangat lama. Tetapi sejak kelakuan buruk dan kebiasaan-kebiasaan tak pantas muncul di antara kita, maka dedak telah menutupi bulir-bulir padi yang bersih, dan sekam pun telah membungkusnya. Dan tatkala kita petik, padi tidak segera tumbuh kembali, sehingga terjadi masa menunggu, dan batang-batang padi mulai tumbuh berumpun. Karena itu, marilah kita membagi ladang-ladang padi dengan membuat batas-batasnya.”

Demikianlah mereka membagi ladang-ladang padi dan membuat batas di sekeliling ladang bagian mereka masing-masing.

19. Vasettha, sebagian makhluk yang memiliki pembawaan sifat serakah (lolajatiko), yang sedang menjaga ladang bagiannya sendiri, lalu mencuri padi dari ladang orang lain dan memakannya. Mereka menangkap dan memegangnya erat-erat, dan berkata: “Sahabat, sesungguhnya engkau telah berbuat jahat. Saat menjaga ladangmu sendiri, engkau telah mencuri milik orang lain dan memakannya. Ingatlah, jangan mengulanginya lagi!” Namun, untuk kedua kalinya ia mengulangi perbuatannya, dan juga untuk ketiga kalinya. Dan kembali mereka menangkap dan menasehatinya. Sebagian dari mereka memukulnya dengan tangan, sebagian lagi melemparinya dengan bongkahan tanah, dan sebagian lagi memukulnya dengan tongkat.

Vasettha, demikianlah awal munculnya perbuatan mencuri. Sejak itu, pemeriksaan, kebohongan dan hukumanpun mulai dikenal.

20. Vasettha, makhluk-makhluk itu berkumpul bersama dan meratap, dengan berkata: “Kejahatan telah muncul di antara kita. Pencurian, pemeriksaan, kebohongan dan hukuman pun mulai dikenal. Sebaiknya kita memilih salah satu dari kita untuk mengadili mereka yang patut diadili, memeriksa mereka yang patut diperiksa, dan mengucilkan mereka yang patut dikucilkan. Dan untuk membalas jasanya, kita akan memberikan sebagian padi kita kepadanya.”

Vasettha, mereka lalu memilih salah satu dari mereka yang paling rupawan, paling disukai, paling disegani, paling pandai, dengan berkata: “Sahabat, sepatutnyalah engkau mengadili mereka yang patut diadili, memeriksa mereka yang patut diperiksa, dan mengucilkan mereka yang patut dikucilkan. Dan kami akan memberikan sebagian padi kami kepadamu.”

Ia menyetujuinya dan mengerjakan tugasnya, dan mereka memberikan sebagian padi milik mereka kepadanya.

21. Vasettha, dia yang dipilih oleh banyak orang itulah yang disebut Maha Sammata (Pilihan Agung) sebagai ungkapan pertama yang muncul (bagi seseorang yang dipilih oleh banyak orang). Penguasa ladang adalah ia yang disebut Khattiya, sebagai ungkapan kedua yang muncul. Ia yang menyenangkan orang lain dengan dhamma (dengan melaksanakan prinsip kebenaran) adalah ia yang disebut Raja, sebagai ungkapan ketiga yang muncul.

Vasettha, demikianlah asal mula kelompok masyarakat Khattiya ini berdasarkan pernyataan awal di masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan mereka sendiri, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri dan bukan tanpa diinginkan; dan hal itu terjadi sesuai dhamma (yang seharusnya demikian). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang maupun di kehidupan mendatang.

22. Vasettha, kemudian muncul gagasan pada diri orang-orang itu: “Perbuatan-perbuatan jahat telah muncul di kalangan kita, sehingga pencurian, pemerkosaan, kebohongan, hukuman dan pengucilan menjadi dikenal. Sekarang, marilah kita menyingkirkan semua kejahatan dan kebiasaan tak pantas itu.” Dan mereka mengindahkannya.

Vasettha, mereka yang menyingkirkan (bahenti) kejahatan dan kebiasaan buruk adalah ia yang disebut brahmana. Demikianlah brahmana sebagai ungkapan awal bagi mereka. Mereka membuat pondok-pondok dari daun di hutan, dan bersamadhi di situ. Mereka hidup tanpa perapian, tanpa asap, tidak mempergunakan alu dan lumpang. Mereka mengumpulkan makanan pada pagi hari untuk makan siang, dan pada sore hari untuk makan malam. Mereka mengumpulkan makanan dengan memasuki desa, kampung dan kota. Setelah beroleh makanan, mereka kembali ke pondok dan bersamadhi.

Ketika orang-orang melihat mereka yang bersamadhi (jhayanti), orang-orang itu menyebutnya Jhayaka (pelaksana samadhi). Demikianlah istilah Jhayaka sebagai ungkapan kedua yang muncul.

23. Vasettha, terdapatlah di antara mereka yang tidak tahan bersamadhi di pondok-pondok daun dalam hutan, maka mereka keluar dan tinggal di pinggir-pinggir desa, kampung dan kota. Di sana, mereka menulis buku (ganthe karonta). Dan ketika orang-orang melihat hal ini, mereka berkata: “Orang-orang ini, karena tidak tahan bersamadhi di pondok-pondok daun dalam hutan, maka mereka keluar dan tinggal di pinggir-pinggir desa, kampung dan kota. Di sana, mereka menulis buku (ganthe karonta). Mereka tidak bersamadhi (ajhayaka).

Vasettha, mereka yang tidak bersamadhi inilah yang disebut dengan Ajhayaka. Demikianlah Ajhayaka sebagai istilah ketiga yang muncul. Pada masa itu, mereka dipandang yang paling rendah, tetapi sekarang mereka menganggap bahwa diri merekalah yang paling tinggi.

Vasettha, demikianlah asal mula kelompok masyarakat brahmana ini berdasarkan pernyataan awal di masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan mereka sendiri, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri dan bukan tanpa diinginkan; dan hal itu terjadi sesuai dhamma (yang seharusnya demikian). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang maupun di kehidupan mendatang.

24. Vasettha, terdapat pula sebagian orang yang menempuh hidup berkeluarga dan melakukan berbagai macam perdagangan. Mereka inilah yang disebut dengan Vessa (kaum pedagang). Demikianlah istilah Vessa ini dipergunakan sebagai ungkapan bagi orang-orang itu.

25. Vasettha, selebihnya dari orang-orang ini, melakukan pekerjaan berburu. Mereka yang hidup dari hasil berburu dan pekerjaan-pekerjaan sejenisnya inilah yang disebut Sudda. Demikianlah istilah Sudda ini dipergunakan sebagai ungkapan dari orang-orang itu.

Vasettha, demikianlah asal mula kelompok masyarakat brahmana, vessa, dan sudda ini berdasarkan pernyataan awal di masa lampau. Asal mula mereka adalah dari kalangan mereka sendiri, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri dan bukan tanpa diinginkan; dan hal itu terjadi sesuai dhamma (yang seharusnya demikian). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang maupun di kehidupan mendatang.

26. Vasettha, pada suatu saat, terdapatlah beberapa orang khattiya memandang rendah cara hidupnya sendiri. Mereka meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh hidup sebagai orang tak berumah tangga, dengan berkata: “Aku ingin menjadi pertapa.”

Demikian pula hal ini terjadi pada golongan brahmana, vessa dan sudda.

Vasettha, dari empat kelompok masyarakat inilah muncul kelompok pertapa. Asal mula mereka adalah dari kalangan mereka sendiri, dan bukan dari orang-orang lain; dari keinginan mereka sendiri dan bukan tanpa diinginkan; dan hal itu terjadi sesuai dhamma (yang seharusnya demikian). Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang maupun di kehidupan mendatang.

27. Vasettha, seorang khattiya yang menempuh kehidupan jahat dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan-pandangan salah; maka sebagai akibat dari pandangan dan perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam celaka (apaya), alam sengsara (duggati), alam siksaan (vinipata), dan alam neraka (niraya).

Demikian pula kita dapat mengatakan hal yang sama pada orang brahmana, vessa, dan sudda.

28. Vasettha, seorang khattiya yang menempuh kehidupan benar dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan-pandangan benar; maka sebagai akibat dari pandangan dan perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam bahagia (suggati), alam surga (sagga).

Demikian pula kita dapat mengatakan hal yang sama pada orang brahmana, vessa, dan sudda.

29. Vasettha, seorang khattiya yang menempuh kehidupan ganda (dvaya kari), baik dan buruk dalam perbuatan, perkataan dan pikiran; yang menganut pandangan campuran (vimissaditthiko); maka sebagai akibat dari pandangan dan perbuatannya itu, pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam bahagia maupun alam sengsara.

Demikian pula kita dapat mengatakan hal yang sama pada orang brahmana, vessa, dan sudda.

30. Vasettha, seorang khattiya yang hidup dengan perbuatan, perkataan, dan pikiran terkendali, yang telah mengembangkan tujuh faktor untuk mencapai penerangan sempurna (satta bodhipakkhiya dhamma), maka ia akan mencapai pemusnahan total dari noda-noda batin atau parinibbana dalam kehidupan sekarang ini.

Demikian pula kita dapat mengatakan hal yang sama pada orang brahmana, vessa, dan sudda.

31. Vasettha, siapapun dari keempat kelompok masyarakat ini menjadi seorang bhikkhu, arahat, orang yang telah mengalahkan noda-noda batin (jinasavo), telah mengerjakan yang harus dikerjakan (kata karaniyo), telah meletakkan beban (ohitabharo), telah mencapai kebebasan (anuppattasadattho), telah mematahkan ikatan kelahiran (parikakkhinabhavasannajano), telah terbebas karena berpengetahuan (sammadannavimutto); maka dialah yang dinyatakan terbaik di antara mereka, berdasarkan kebenaran (dhamma) dan tidak atas dasar yang bukan dhamma (adhamma).

Sesungguhnya, Vasettha, dhamma itu amat bermanfaat bagi umat manusia, baik dalam kehidupan sekarang maupun di kehidupan mendatang.

32. Vasettha, syair ini telah dikumandangkan oleh Sanam Kumara, salah seorang dewa Brahma:
“Khattiya adalah yang terbaik di antara kumpulan ini, yang mempertahankan garis keturunannya. Tetapi Ia yang sempurna pengetahuan serta tindak-tanduknya adalah yang terbaik di antara para dewa dan manusia.”

Vasettha, syair ini telah dikumandangkan dengan baik oleh Brahma Sanam Kumara, kata-kata yang baik, tidak buruk; penuh arti dan bukan kata-kata kosong.

Vasettha, begitu pula Aku menyatakan: “Khattiya adalah yang terbaik di antara kumpulan ini, yang mempertahankan garis keturunannya. Tetapi Ia yang sempurna pengetahuan serta tindak-tanduknya adalah yang terbaik di antara para dewa dan manusia.”

Demikianlah sabda Sang Bhagava. Vasettha dan Bharadvaja merasa puas dan bersuka cita mendengar sabda Sang Bhagava itu.


Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia

Monday, March 24, 2008

Tanya Jawab (1)

Dari: hendry, surabaya
Namo Buddhaya,
Bhante,
1. Saya melihat di agama lain bahwasanya kalo kita percaya dengan agama mereka, maka mereka akan disembuhkan. Saya melihat banyak kesaksian bahwa kalo umat mereka sakit apapun, asal ikut kebaktian dan dijamah tuhan mereka, mereka bisa sembuh. Ada yang gak bisa berjalan setelah ikut bisa sembuh.
Yang mao saya tanyakan kepada Bhante : apakah benar ada kejadian seperti itu dan kenapa hal tersebut bisa terjadi ?
2. Dalam Agama Buddha terdapat 3 aliran yaitu Theravada, Mahayana dan Tantrayana.
Yang mao saya tanyakan ke Bhante : mengapa dalam ajaran Mahayana kebanyakan ajarannya mengarah ke ajaran Bodhisatva dan sutra-sutra yang dibacakan itu kebanyakan sutra Bodhisatva ?
Apakah dalam Ajaran Sang Buddha pernah cerita mengenai sutra-sutra tersebut ? Contohnya : Mahakaruna Dharani, Amithaba Sutra, Bhaisjyaguru Sutra ?
Terima kasih atas jawaban Bhante.

Jawaban:
1. Memang sering terdengar dalam masyarakat adanya kegiatan penyembuhan seperti yang disampaikan dalam pertanyaan. Namun, kalau dari ribuan orang yang hadir ada beberapa orang saja yang sembuh, berarti lebih banyak mereka yang tidak sembuh daripada mereka yang bisa disembuhkan.
Padahal, mereka yang tidak sembuh, mungkin juga memiliki keyakinan yang sama atau bahkan lebih yakin dengan mereka yang telah tersembuhkan.

Dalam pengertian Buddhis, mereka yang tersembuhkan dalam upacara itu adalah karena kamma baik yang mereka miliki telah mendukung untuk kesembuhannya. Upacara yang dilakukan hanya sarana untuk mempercepat kamma baik yang mereka miliki matang.
Apabila mereka belum memiliki kamma baik yang mendukung, maka meskipun mereka berkali-kali mengikuti upacara seperti itu, mereka tetap tidak mendapatkan kesembuhan seperti yang diinginkan.

Demikian pula kalau kesembuhan dapat dicapai dengan suatu upacara ritual belaka, maka tentu tidak ada lagi orang yang bersedia menjadi dokter atau membuka rumah sakit. Semua orang akan mengikuti dan belajar melakukan upacara ritual agar dapat menyembuhkan orang sakit. Namun, ternyata masih banyak orang yang menjadi dokter serta membuka rumah sakit. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua orang memiliki kamma baik yang mendukung agar ia bisa segera sembuh dengan mengikuti upacara ritual tertentu.
Jadi, memang ada upacara ritual yang mengkondisikan kamma baik berbuah dalam bentuk kesembuhan. Namun, janganlah terheran-heran dengan hal itu karena kesembuhan bukan hanya disebabkan oleh suatu upacara tertentu. Kesembuhan lebih memerlukan kamma baik yang mendukung daripada suatu upacara ritual.

2. Dalam masyarakat Buddhis berkembang Agama Buddha dengan dua tradisi besar yaitu tradisi India yang dikenal dengan istilah Theravada, dan tradisi Tiongkok yang dikenal dengan istilah Mahayana. Tantrayana atau Vajrayana atau Agama Buddha dengan tradisi Tibet lebih sering digolongkan sebagai bagian dari Agama Buddha tradisi Tiongkok.

Perbedaan Agama Buddha tradisi India dengan tradisi Tiongkok secara sederhana dapat dilihat dari saat Pangeran Siddhattha mencapai kebuddhaan. Saat Pangeran Siddhattha mencapai Penerangan Sempurna di Bodhgaya menjadi Buddha Gotama dapat dianggap sebagai titik nol untuk mempelajari kedua tradisi besar dalam Agama Buddha.
Theravada lebih banyak memberikan keterangan dan penjelasan yang berhubungan dengan berbagai kejadian setelah Pangeran Siddhattha mencapai kebuddhaan. Karena itu, berbagai kotbah Sang Buddha banyak dikutip dalam penjelasan secara Theravada.
Mahayana lebih banyak memberikan keterangan dan penjelasan yang berhubungan dengan berbagai kejadian sebelum Pangeran Siddhattha mencapai kebuddhaan. Karena itu, berbagai penjelasan Dhamma dalam Mahayana banyak membabarkan tentang bodhisatta atau calon Buddha.

Adanya perbedaan itu pula yang menyebabkan beberapa bagian kitab suci yang dipergunakan di kedua aliran tidaklah sama. Dharani dan sutra yang ditanyakan di atas tidak terdapat dalam Kitab Suci Tipitaka yang dipergunakan Agama Buddha tradisi India atau Theravada.
Meskipun ada sedikit perbedaan di antara kedua aliran besar ini, hendaknya para umat Buddha tidak mempertajam perbedaan tersebut. Umat Buddha hendaknya lebih banyak membicarakan berbagai persamaan yang ada di kedua tradisi.
Dalam bahasa sederhana, berbagai hal yang sama dalam kedua tradisi hendaknya tidak dibeda-bedakan. Sebaliknya, hal yang berbeda dalam kedua tradisi hendaknya tidak dipersamakan. Setiap umat Buddha dapat memilih dan menjalani Agama Buddha dengan tradisi yang sesuai kecocokan masing-masing tanpa harus saling menjelekkan tradisi lain.
Semoga jawaban ini bermanfaat.
Salam metta,
B. Uttamo

 

Sumber : http://samaggi-phala.or.id/

 

 

Regards,

Sankata
PT. Ecomindo Saranacipta

YDAP Building 4th Floor

Jl. Raya PAsar Minggu Kav. 45

Jakarta, 12510 - Indonesia

Phone: +62 21 7900909 Fax: +62 21 7900808

Mobile phone : +62 819 - 77669779

Email : sankata.ec@ecomindo.com, sankatalee@gmail.com | ym : sankatalee

Blog : http://sankatalee.blogspot.com

 

Wednesday, March 19, 2008

Beyond The Living: Gods, Ghosts and Demons -- By : Ajahn Brahmavamso

Beyond The Living: Gods, Ghosts and Demons

Oleh: Ajahn Brahmavamso


GHOSTS:

Dari judulnya, sudah pasti banyak yang tertarik. Kata Ajahn sepertinya malam ini yang paling banyak pendengarnya. Dulu waktu dia disuruh berkotbah di Kuala Lumpur, Malaysia, dia diminta kasih judul kotbahnya, dia juga kasih yang ini dan yang muncul dengar banyak sekali. Sampe Bhikkhu di Kuala Lumpur bercanda, wah waktu saya berkotbah yang dengar bisa dihitung pake jari.

Ajahn Brahm berkata, is ghost exist or not? The answer is YES!

Tapi tidak usah takut karena hantu tidak pernah melukai manusia. Hantu hanya menakuti, tidak pernah melukai. Jangan percaya pada wajah hantu yang mengerikan dalam film itu.

Kemudian dia bertanya, coba tunjuk tangan bagi mereka yang pernah lihat hantu! Ada beberapa pendengar yang menunjuk tangan.

Kemudian dia bertanya lagi, coba tunjuk tangan bagi mereka yang pernah dilukai hantu! Ada beberapa juga yang menunjuk tangan.

Kemudian Ajahm Brahm berkata kepada mereka, benarkah kamu dilukai hantu? Saya melihat kamu masih baik-baik duduk di sini mendengar cerita saya.

Ada orang berkata, sewaktu tidur seperti dicekik hantu tidak bisa bernafas. Apakah itu bukan berarti dilukai?

Ajahm Brahm menjawab, sebenarnya pengalaman itu bukanlah dicekik hantu. Itu adalah pengalaman fisik kita sewaktu tidur karena pikiran kita ataupun pernafasan kita yang terganggu. Pikiran kita terikat pada sesuatu membuat kita lupa atau tidak mau bernafas, lain kali kalau mengalami yang begitu cobalah relaks and let go.

Percayalah, tidak ada hantu yang jahat di dunia ini, paling ada hantu yang nakal. Karena hantu itu seperti anak-anak, suka main dan suka diperhatikan orang. Tetapi ada sejenis hantu yang sangat mengerikan, dia bukan hanya membunuh diri sendiri. Tetapi juga membunuh orang lain. Akan saya ceritakan tentang hantu ini nanti terakhir-akhir.

Dulu teman saya menceritakan pengalamannya tentang hantu. Sewaktu dia bermeditasi, dia mencium ada bau aneh tapi tidak dihiraukan. Kemudian dia melanjutkan meditasinya tetapi dia diganggu terus oleh hantu itu, digelitik seperti meminta perhatiannya. Dia tetap tidak menghiraukan. Keesokan harinya sewaktu dia masuk lagi ke ruang meditasinya, masih tercium bau yang aneh itu.

Dia tahu kalau itu adalah bau hantu karena bau dewa itu harum. Jadi sebelum dia memulai meditasinya, dia mengambil bantal lebih satu taruh di sampingnya dan berkata dengan tegas, "I know it is you. There you sit down and meditate with me or else, go somewhere else! Don't bother me!"

Setelah itu, meditasinya tidak pernah terganggu lagi dan bau yang tidak sedap itupun lenyap.

Ada sepasang suami istri Buddhis yang sering ke vihara kita di Australia. Mereka menceritakan pengalamannya membeli rumah baru. Agen rumah tidak memberitahukan kalau pemilik rumah sebelumnya baru saja mati di depan rumahnya sewaktu memindahkan perabotnya. Karena pemilik sebelumnya mungkin ada penyakit jantung atau karena kegemukan, dia mati di pintu rumah sewaktu memindah perabotnya. Suami istri ini tidak tahu jadi mereka pindah masuk saja seperti biasanya.

Tetapi tiap malam mereka diganggu orang yang iseng memijit bel. Mereka membuka pintu dan mengira mungkin saja anak-anak yang sedang iseng, tapi ternyata tidak ada orang. Sampai tengah malam pun begitu. Suaminya ada ide, dia mengeluarkan baterai dari bel jadi waktu dipijit tidak berbunyi lagi. Tetapi walaupun tidak ada baterai, bel itu berbunyi lagi. Barulah mereka tahu ini bukan perbuatan orang iseng. Ternyata itu hantu pemilik rumah sebelumnya yang mau masuk ke rumah. Dia belum sadar kalau dia sudah mati.

Mereka baru tau akan kejadian tentang hantu ini setelah mendengar dari tetangga-tetangganya.

Jadi sebagai umat Buddha mereka meminta petunjuk dari bhikkhu dan membacakan paritta (doa) supaya hantu itu bisa pergi ke tempat yang seharusnya dia berada.

Kalian tahu kenapa kebanyakan hantu tidak dapat diambil fotonya. Saya dulu juga heran. Sewaktu saya masih kuliah, saya bersama teman sekelas saya masuk menjadi anggota dari klub yang mengamati miracle (keajaiban). Karena mata kuliah saya semua tentang ilmiah, saya sangat ingin tahu tentang keajaiban di dunia.

Kita ada membuat kelompok belajar dan pergi mencari rumah-rumah yang berhantu. Kita berupaya untuk mengambil foto tetapi tidak ada satupun yang jadi. Setelah mendalami agama Buddha saya baru mengerti kalau hantu itu hanya dapat dilihat oleh pikiran.

Ini mengingatkan saya tentang cerita kungfu Tiongkok yang saya lihat sewaktu kecil. Cerita itu mengenai seorang anak yang belajar kungfu pada seorang guru. Pada suatu hari guru itu membawa anak itu pergi ke sebuah kolam. Dia berkata pada anak itu, Awas! Jangan terlalu dekat dengan kolam itu.

Kalau kamu jatuh ke dalam, kamu akan menjadi tulang-tulang yang kamu lihat itu pada dasar kolam. Karena kolam ini bukan kolam air biasa, melainkan air asam pekat yang menghancurkan apa saja. Jadi untuk melatih keseimbangan badanmu, kamu harus berjalan di atas jembatan kayu ini dan berlatih selama 7 hari.

Seandainya badanmu tidak seimbang kamu bisa jatuh ke dalam kolam. Jadi berhati-hatilah. Anak itu berlatih tanpa jatuh ataupun terpeleset sekalipun dan tibalah 7 hari itu. Gurunya berkata, kamu sudah berlatih 7 hari, untuk meyakinkan bahwa keseimbangan badanmu sudah mantap, saya akan menutup matamu dengan kain hitam dan kamu berjalan lagi di jembatan itu satu putaran.

Mulailah anak itu merasa takut. Selangkah demi selangkah dia maju di jembatan itu, tetapi baru 7 langkah dia sudah terpeleset dan jatuh ke kolam.

STAY TUNED! Seperti biasanya komersial iklan di TV muncul pada saat-saat kritis, dan saya harus menunggu beberapa menit untuk melihat apa yang terjadi pada anak itu.

Kembali ke film ini, anak itu berpikir tamatlah riwayatku. Tetapi begitu dia terjatuh dia terdengar gurunya tertawa terbahak-bahak dari tepi kolam dan berkata bukalah kain hitam itu dan berenanglah ke tepi. Anakku, tidak ada kolam asam, tulang tengkorak yang seperti kamu lihat itu hanyalah palsu saja. Itu air biasa, tetapi pikiranmu telah menghantui kamu, rasa takutmu lah yang menghantui kamu sehingga keseimbangan batinmu tidak terjaga, dan tentu saja dengan keseimbangan badanmu.

Kembali tentang klub pelacak keajaiban yang saya masuk dulu. Dalam program pertama dari klub ini, ada seorang wanita tua yang datang memberikan ceramahnya tentang ilmu gaib. Dia bilang, "Welcome to my talk. As you know, I'm a witch (nenek sihir)." Srrhh... kita semua berdiri bulu romanya. Kemudian berkata lagi. "Don't be afraid. There are 2 kinds of witches. Black Witch and White Witch. Black Witch is Evil and White Witch is a kind Witch, who always helps people. I'm a White Witch."

Semua orang menjadi tenang kembali.

Kemudian nenek itu melanjutkan lagi. "But... Black Witch will always say that she too a White Witch" hahaha...

Teman bersama saya yang masuk klub ini sekarang berbisnis di London dan masih aktif dalam klub ini. Saya bertemu dengannya akhir-akhir ini. Kartu bisnisnya sangat unik. Selain bisnis utamanya, di bawah namanya ada tertulis "Member of Ghost Buster of Northern Island". (artinya anggota penangkap hantu dari Pulau bagian Utara). Di Inggris banyak sekali hantu gentayangan. Karena hantu-hantu itu terlalu lengket / melekat pada keluarganya atau rumahnya atau barangnya. Mereka tidak rela meninggalkan kediamannya atau keluarganya, jadi tetap di sana tidak mau pergi-pergi untuk tumimbal lahir.

Tetapi bagaimanapun, bhikkhu yang baik lah yang ahli dalam menangkap hantu. Bhikkhu itu ahli sebenarnya bukan karena dia memiliki kekuatan gaib atau kekuatan lainnya. Tetapi karena Bhikkhu itu menaati peraturan-peraturan yang diberikan Sang Buddha, sehingga bhikkhu-bhikkhu dapat terbebas dari segala niat buruk atau apapun yang tidak baik, dan bhikkhu-bhikkhu juga bisa memancarkan kasih sayangnya kepada semua makhluk tanpa meminta pembalasan apapun.

Talk about this precept (peraturan), saya teringat tentang seorang wanita Thai usia 60 an yang sering ke vihara kita di Australia. Dia seorang Buddhis yang sangat saleh, taat pada Pancasila Buddhis dan tiap minggu menjalankan Atthasila Buddhis (8 sila Buddhis). Tetapi ada beberapa minggu saya tidak melihatnya, tetapi saya melihat putrinya dan bertanya kemana orang tua itu?

Kemudian putrinya bercerita. Ibunya sakit dan berada di hospital. Kata putrinya, sekarang saya lebih yakin dengan agama Buddha. Karena sebenarnya ketika ibuku baru masuk rumah sakit saya sangat kuatir dan pergi menjenguk seorang ahli pengobatan dengan ilmu gaib yang terkenal. Saya membayar A$20 kepadanya kemudian dia meminta nama, tanggal lahir, nama rumah sakit dan nomor tempat tidur ibuku. Begitu saya beritahu kepadanya, dia membaca mantra-mantranya sampai lama sekali. Kemudian dia bangun dan berkata padaku, apakah ibumu ada ilmu gaib atau memakai apa-apa dalam tubuhnya. Saya tidak bisa melihat dengan jelas karena dia seperti diselimuti oleh atmosphere putih disekelilingnya.

Saya menjawab, tidak ibu saya tidak memakai apa-apa tetapi dia penganut Buddha yang taat pada peraturannya. Seketika itu juga ahli gaib ini mengembalikan uangku A$20 dollar dan berkata, kenapa kamu tidak bilang sebelumnya, buang waktuku saja!

Dari sini, kalian harus tahu, bahwa menaati Sila yang ditetapkan Sang Buddha itu berarti melindungi diri kalian sendiri. Setiap kali ke vihara, kita selalu bersujud di depan rupang Sang Buddha. Kalian tahu apa artinya? Itu bukan berarti kita umat Buddha menyembah-nyembah di depan patung.

Dulu saya tidak mengerti, saya hanya ikut saja bersujud. Sekarang saya mengerti bahwa saya bersujud di depan rupang (patung) Sang Buddha bukan karena saya menyembahnya, tetapi saya menghormati dan mengagungkan jalan yang ditunjukkan Sang Buddha dan bersujud untuk mengingatkan saya harus berjalan di atas jalan yang ditunjukkan olehNYA.

==========================

Note: Pancasila Buddhis adalah Lima sila yang harus ditaati umat Buddha. Sewaktu seorang umat Buddha di wisudhi, selain berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha, dia juga harus berjanji taat pada Pancasila Buddhis yang ditetapkan oleh Sang Buddha sebagai peraturan untuk umat awam. Isi Pancasila Buddhis itu adalah:

1. Panatipata Veramani Sikkhapadang Samadiyami. Saya berjanji untuk tidak membunuh atau melukai makhluk apapun.

2. Adinandana Veramani Sikkhapadang Samadiyami. Saya berjanji untuk tidak mencuri, mengambil milik orang lain tanpa persetujuannya.

3. Kamesumichacara Veramani Sikkhapadang Samadiyami. Saya berjanji untuk tidak melakukan perbuatan serong atau asusila. Saya hanya setia pada pasangan saya.

4. Musavada Veramani Sikkha padang Samadiyami. Saya berjanji untuk tidak berbohong, tidak berkata kasar. Saya hanya berbicara yang jujur dan benar.

5. Sura-meraya-maja-pamadathana Veramani Sikkhapadang Samadiyami. Saya berjanji untuk tidak minum arak, makan obat yang mengakibatkan kecanduan dan kebodohan. Saya harus selalu berwaspada.

===========================

Sewaktu Ajahn Brahm berbicara tentang lima sila yang harus ditaati umat awam ini, dia bercanda tentang orang Thai yang pergi ke vihara. Dulu dia merasa aneh melihat beberapa lelaki Thai yang ke vihara berdoa dengan sikap anjali tetapi tidak semua lima jari bertemu lima jari sebagai mana seharusnya. Ada yang dua jarinya disimpan sehingga hanya 4 pasang jari yang keluar. Kemudian dia bertanya ke bhikkhu Thai temannya, kenapa mereka berdoa dengan jari begitu? Temannya menjawab, karena mereka tidak menaati salah satu peraturan dari lima sila itu. Ini hanyalah tradisi orang Thai yang sebenarnya tidak benar.

Seorang Buddhis yang benar harus tetap patuh pada perjanjiannya.

Kebetulan waktu ini kan waktu "Pho-Tho" bulan Juli menurut penanggalan Tiongkok. Banyak orang Singapura yang masih sembahyang besar-besaran untuk "hantu". Ada orang bertanya mengenai “Pho-Tho” kepada Ajahn Brahm.

Kata Ajahn, sebenarnya sembahyang "Pho-Tho" ini asal usulnya juga dari Ajaran Sang Buddha, hanya Ajaran itu telah direformasi.

Ceritanya ada tertulis dalam Sutta agama Buddha. Konon di masa kehidupan Sang Buddha, ada seorang raja di India yang bermimpi buruk dimana dia didatangi makhluk-makhluk halus yang menderita memohon-mohon padanya dengan sedih dan iba sekali.

Raja ini sangat gelisah setelah mimpi ini sehingga dia berkunjung kepada Sang Buddha memohon petunjuknya. Sang Buddha dengan kekuatannya tahu mengenai hal ini, Beliau berkata kepada raja itu bahwa mereka itu adalah orang-orang yang dihukum mati oleh raja ataupun raja sebelumnya. Karena mereka mati dengan penasaran, mereka menjadi gentayangan, tidak mau "let go" dengan dunia ini.

Raja yang bijaksana, berdana lah kepada orang-orang yang pantas menerima danamu. Keesokan harinya Raja membagi-bagi makanan dan pakaian kepada semua rakyatnya. Rakyatnya semua sangat gembira dan bersyukur dan berdoa atas kebahagiaan Raja. Sejak itu Raja itu tidak pernah bermimpi buruk lagi.

Cerita kedua adalah mengenai salah seorang murid utama Sang Buddha yang bernama Mogallana. Ibu Mogallana meninggal dunia. Mogallana sebagai anak berbakti ingin mengetahui keadaan ibunya, karena dia tahu pada masa hidupnya ibunya itu bukanlah seorang Buddhis, ibunya suka mencaci maki dan marah-marah terus pada siapapun termasuk pada Sang Buddha dan pengikutnya. Waktu itu Mogallana sudah mencapai kesucian dan mempunyai kekuatan menembus ruang dan alam, sehingga dia berhasil menemukan ibunya di alam kelaparan. Dia merasa kasihan sekali kepada ibunya, sedangkan ibunya tidak mengenal dia.

Dia melihat ibunya kelaparan, dan segera dia memberi makanan yang memang sudah disediakan kepada ibunya. Tetapi begitu ibunya makan, segera makanan itu menjadi bara api di kerongkongannya. Ibunya menjerit-jerit kesakitan dan segera Mogallana memberi ibunya minuman tetapi sama juga minuman itu juga menjadi bara api begitu masuk ke mulutnya.

Mogallana dengan segera upaya menolong ibunya tidak berhasil. Akhirnya dia pergi mencari Sang Buddha untuk memohon petunjuknya. Sang Buddha tahu akan kejadian ini juga dan berkata pada Mogallana, cepatlah kamu berdana memberi makan kepada orang suci agung atas nama ibunda mu.

Pada waktu kehidupan Sang Buddha, tentu saja tidak sukar mencari orang suci / Arahat, jadi Mogallana secepat mungkin mengumpulkan bhikkhu-bhikkhu lain yang juga temannya dan berdana ke mereka. Setelah itu mereka bersama-sama memanjatkan paritta untuk mentransfer kebaikan Mogallana kepada ibunya yang berada di alam kelaparan. Akhirnya ibunya terbebas dari alam kelaparan dan dilahirkan kembali di alam Surga Tusita.

Cerita ketiga adalah mengenai murid utama Sang Buddha yang lainnya (lupa namanya, entah Upali atau siapa). Pada suatu malam, sewaktu Upali bermeditasi di vihara dia mendengar suara dan tangis isakan seseorang. Setelah diteliti ternyata itu berasal dari seorang mahkluk halus di luar vihara. Hantu ini sedang memohon pada dewa penjaga pintu untuk membiarkan dia masuk menemui anaknya. Begitu Upali keluar, makhluk ini berkata kepada Upali, jangan melihat ke depan anakku, saya tidak memakai apa-apa, saya kotor! dan orang suci seperti kamu tidak pantas melihat saya. Tetapi saya memohon kepadamu anakku, tolonglah ibumu ini supaya terbebas dari kesengsaraan ini. Upali sangat terkejut mendengar perkataan makhluk ini. Tetapi sebelum dia sempat berkata apa-apa, makhluk ini sudah hilang. Pikiran Upali sangat terganggu oleh kejadian ini, karena ibunya belum meninggal dunia, kenapa makhluk ini berkata padanya bahwa dia adalah ibunya.

Seperti biasanya, Upali pergi mencari Sang Buddha memohon petunjuk. Sang Buddha berkata, Upali, ia benar adalah ibumu, tetapi ibu dari kehidupan lalu. Dia menderita karena karmanya, dan sekarang telah tiba karmanya bertemu denganmu yang telah menjadi orang suci. Cepatlah membuat jubah dan berdana lah kepada orang yang pantas supaya dia berpakaian kembali.

Karena pada masa itu, benang saja sukar diperoleh, apalagi kain lebih sulit lagi. Jadi dengan susah payah Upali mengumpul kain-kain kecil dari rakyat-rakyat di desa yang mereka diami, dan dia jahit jadi jubah dan berdana kepada bhikkhu-bhikkhu yang menjadi temannya.

Dan kemudian bersamaan mereka memanjat paritta (doa) menyalurkan jasa perbuatan baik pada ibunya pada kehidupan yang terdahulu, dan ibunya terlahir kembali entah di alam mana, saya lupa.

Pasti orang bertanya, mengapa bhikkhu-bhikkhu itu bisa mentransfer / menyalurkan jasa perbuatan baik kepada makhluk lain dengan mudah? Jawabannya karena pada masa kehidupan Sang Buddha, bhikkhu-bhikkhu yang ada pada masa itu benar-benar suci dan sudah mencapai Arahat.

GODS OR DEWA:

Ada seorang anak muda dari Amerika. Dia selalu suka jadi sukarelawan di panti-panti jompo atau di vihara. Sampai pada suatu hari dia berkata kepada temannya bahwa dia ingin menjadi seorang bhikkhu (pendeta Buddha). Bagaimana caranya? Temannya berkata pergilah kamu berdana kepada bhikkhu dan tanya lah dia bagaimana cara menjadi bhikkhu.

Pergi lah si anak ini ke vihara. Dia bertemu dengan seorang bhikkhu. Bhikkhu ini bertanya ada yang bisa saya bantu? Kebetulan Bhikkhu juga seorang berkebangsaan Amerika. Pada tahun 70-an masih sedikit bhikkhu orang kulit putih. Kata pemuda itu, saya ke sini mau berdana dan mau jadi bhikkhu, bagaimana caranya? Bhikku itu tersentak dan dia tahu pemuda ini ikhlas.

Bhikkhu itu berkata, pergilah kamu ke Thailand. Di sana ada Monastery International yang menerima kita para orang asing untuk berlatih. Jadi berangkatlah pemuda ini ke Thailand, sampai di Bangkok Airport jam 2 pagi tapi dia tidak tahu pasti alamat Monastery itu. Jadi dia pergi dengan naik taksi. Setelah perjalanan cukup jauh, sampailah ia di depan Monastery itu, waktu itu masih dini sekitar jam 3 lebih. Taksi itu pergi saja begitu mengantarnya. Ternyata Monastery itu belum terbuka, semuanya masih gelap gulita. Ketika dia mengamati pintunya, tiba-tiba tercium harum wangi.

Kemudian berbalik badan melihat seorang bapak tua dengan pakaian adat Thai berdiri di belakangnya. Bapak itu bertanya dengan bahasa Inggris yang fasih, ada yang bisa saya bantu? Pemuda ini sangat gembira sekali, karena untuk pertama kalinya di sini dia berjumpa dengan orang yang bisa berbahasa Inggris.

Pemuda ini menjawab, saya ke sini mau berdana dan menjadi bhikkhu. Bapak itu tersenyum dan menjawab, hari masih dini, belum ada yang bangun, mari saya antar kamu masuk ke dalam.

Dan bapak ini meraba kantongnya mengeluarkan kunci yang sudah usang dan membuka pintu samping monastery itu. Kemudian dia membawa pemuda ini ke sebuah ruang besar, menghidupkan lampu-lampu di ruang itu. Di sana ada patung-patung Buddha dan beberapa lukisan yang kelihatan sudah tua. Bapak itu menceritakan tentang sejarah lukisan-lukisan yang berada di ruang itu kepada pemuda tersebut dengan bahasa Inggris yang fasih sekali. Tak terasa subuh sudah sampai, bapak itu berkata pada pemuda itu:

"Mari saya antar kamu ke ruang tempat para bhikkhu menerima dana makan. Setelah sampai di sana, bapak itu berkata, tunggulah di sini kepala biara akan segera keluar, dan bapak itu berjalan keluar.

Begitu kepala biara itu keluar, dia terperanjat melihat pemuda ini. Karena dia tidak bisa berbahasa Inggris, dia segera mencari murid kulit putih lainnya.

Pemuda ini menjelaskan bagaimana dia bisa masuk ke vihara dan menunggu di sana.

Kepala biara terperanjat, karena di dalam vihara mereka tidak pernah ada bapak yang dikatakan pemuda itu, lagipula hanya kepala biara dan wakilnya yang ada kunci pintu itu. Dia juga terperanjat karena pemuda itu tahu sejarah lukisan-lukisan itu, sementara orang-orang yang bermukim lama di sana saja sudah tidak tahu menahu tentang sejarah itu. Setelah pemuda itu menjelaskan ciri-ciri khas orang itu, ternyata baju adat itu seperti baju Raja Thailand yang dulu.

Segera mereka membawa pemuda itu untuk melihat sebuah lukisan seseorang. Pemuda itu berkata: "Yes! This is the man who helped me this morning." Segera mereka mengerti bahwa bapak itu ternyata Raja Thailand dulu yang sudah meninggal dunia dan menjadi Dewa. Karena keikhlasan dan kesucian hati dari pemuda ini, dewa pun menolongnya.

Cerita kedua tentang Dewa adalah dari pengalaman senior saya di Thailand. Pada masa saya dulu, bhikkhu-bhikkhu banyak yang berniat ke India, tempat asal usul agama Buddha. Mereka berjalan dari Thailand ke India, perlu waktu satu tahun. Banyak yang tidak berhasil, atau meninggal karena perjalanan yang berbahaya dalam hutan liar, ataupun tersesat. Senior saya, seorang bhikkhu yang sangat saleh bercerita tentang pengalamannya. Dia sudah berhasil sampai ke India.

Tetapi dalam perjalanan pulangnya sekitar 4 hari sebelum mencapai Thailand dia sudah kehabisan tenaga, karena sudah hampir seminggu dia belum menemukan makanan untuk mengisi perutnya. Akhirnya dia terjatuh di jalan, dari kejauhan dia nampak seorang berpakaian rapih dan bersih seperti orang kota membawa rantangan makanan berjalan ke arahnya.

Orang itu menderma makanannya kepada senior saya itu. Senior saya heran bagaimana orang ini bisa tahu kalau ada bhikkhu yang menunggu dana makanan. Karena bhikkhu tidak boleh bertanya asal usul makanan dari seorang pemberi, senior saya hanya menerima dan memakan makanan itu. Tetapi begitu dia membuka rantang makanan, dia terperanjat dengan isi makanan itu karena semuanya berisi sayuran yang bagus-bagus adat Thai seperti yang dijual di restoran. Senior saya tidak tahan untuk tidak bertanya.

Sehingga dia berkata kepada orang itu: "Maafkanlah saya untuk bertanya, dari manakah kamu berasal sehingga kamu tahu kalau di sini ada seorang bhikkhu yang sedang menunggu dana makan?" Orang itu hanya tersenyum dan menunjuk ke atas langit.

Cerita lain tentang dewa adalah pengalaman saya sendiri. Sewaktu saya berada di Thailand, sudah biasa seorang bhikkhu berjalan kaki dari suatu tempat ke tempat lain.

Suatu waktu, karena saya berjalan melewati banyak hutan yang tidak ada penduduknya, saya tidak menerima makanan maupun minuman. Sebagai seorang bhikkhu, sudah menjadi peraturan untuk hanya makan atau minum dari pemberian orang, tidak boleh meminta. Pada saat itu matahari terik sekali dan sudah 2 hari saya berjalan tidak makan atau pun minum. Kemudian tibalah saya di sebuah desa. Sewaktu saya berjalan di pintu desa, dari kejauhan saya sudah melihat ada warung dimana beberapa orang duduk sambil mengobrol.

Saya melihat ada iklan Coca-Cola. Sewaktu saya melewati warung itu, sebagai seorang bhikkhu saya tidak boleh melihat ke sana ke mari, apalagi meminta minum kepada mereka, jadi pandangan mata saya tetap menunduk ke bawah. Mereka sepertinya tidak menghiraukan saya. Kemudian saya berpikir dan berkata dalam hati, kalau benar ada DEWA yang menolong bhikkhu yang baik seperti yang tertulis dalam Sutta Pitaka, tunjukkanlah kepadaku sekarang juga keberadaan dewa itu. Kemudian saya berusaha konsentrasi dengan jalan saya sampai kira-kira setelah 9 meter saya berjalan, saya mendengar ada orang berlari-lari ke arah saya dan berteriak dengan bahasa Thai yang artinya persembahan dana makan untuk bhikkhu. Ternyata seorang wanita membawa Coca-Cola untuk saya, kemudian diikuti teman-temannya yang lain.

Kemudian saya duduk di bangku di tepi jalan. Kemudian saya minum Coca-Cola yang berada di sampingku, 9 botol! Dan berpikir, Wah! DEWA benar ada, dan bukan hanya satu, mereka benar-benar mau menunjukkan bahwa DEWA itu ada!

DEMON ATAU IBLIS

Apakah Demon itu ada? Well, ini cerita tentang seorang wanita penganut Buddhis juga. Wanita ini sangat taat pada sila-sila yang dia ucapkan. Dia juga seorang yang aktif dalam kegiatan Buddhis. Pada kehidupan pribadinya, dia termasuk seorang sukses dalam bisnis jadi banyak yang iri padanya. Mungkin karena iri, salah satu orang yang dikenalnya bermaksud tidak baik padanya.

Dia tidak mengetahui kalau ada yang mau berniat buruk padanya. Tetapi dia bisa merasakan kalau ada sesuatu yang terus mengikutinya dan berusaha mengganggunya. Dia merasa tidak nyaman. Kebetulan pada hari Minggu itu seperti biasanya dia pergi ke vihara. Begitu di vihara, dia merasa nyaman kembali. Tetapi dia sempat mencari bhikkhu di vihara untuk menceritakan tentang rasa tidak nyaman yang dialaminya akhir-akhir ini. Bhikkhu ini segera tahu kalau ada sesuatu yang tidak wajar terjadi, jadi bhikkhu inipun membawa beberapa murid-muridnya mengikuti wanita ini ke rumahnya.

Segera saja, bhikkhu itu mengetahui kalau ada DEMON di rumah wanita itu.

Setelah membacakan paritta, bhikkhu itu menyuruh DEMON tersebut untuk mewujudkan rupanya. Bhikkhu ini bertanya: "Why do you want to hurt this woman? Have she ever hurted you before in anyway?"

Demon itu berkata: "Saya disuruh oleh seseorang untuk membunuhnya, saya sudah berusaha dengan berbagai cara untuk masuk ke tubuhnya tetapi gagal. Saya sedang menunggu kelemahannya."

Bhikkhu itu berkata: "Wanita ini tidak dapat kamu lukai karena dia dilindungi oleh sila (perilaku dan moral) yang telah diperbuatnya. Kembalilah kamu ke alam yang seharusnya kamu berada."

Demon itu berkata lagi: "Tidak, saya tidak bisa kembali dengan kegagalan. Kalau saya gagal dengan tugas saya, itu sama saja dengan kematian saya."

Bhikkhu itu dengan kasih sayang berkata: "Bertobatlah Demon. Saya akan membacakan paritta untukmu sehingga dapat membantumu terlahir kembali di alam yang seharusnya kamu berada. Pergilah dengan sukarela."

Dengan cerita ini, apakah saya telah menjawab pertanyaanmu tentang Demon? I hope so. Semua cerita yang saya ceritakan itu berdasarkan TRUE STORY yang saya dengar ataupun saya alami.

Now, seperti yang saya ceritakan pertama-tama. Di dunia ini ada satu hantu yang benar-benar mengerikan, bukan hanya bisa membunuh diri kita sendiri, tetapi juga bisa membunuh orang lain. Tahukah kalian hantu apakah itu?

Hantu itu namanya "Hantu Botol". Dia tersimpan dalam botol. Sekali kamu bertemu botol itu dan membuka botol itu, hantu itu segera keluar dan ada yang mengakibatkan makin lama perut kamu semakin bulat dan besar.

Ini sebuah cerita yang diceritakan oleh seorang lelaki. Seperti biasanya lelaki ini suka pergi ke pub after work untuk minum-minum bersama dengan teman-temannya. Pada suatu malam dalam perjalanan pulang ke rumah, ada pemeriksaan lalu lintas di jalan yang akan dilewatinya. Dia melihat semua kendaraan berjalan dengan lambat dan segera ia mengetahui kalau di depan pasti ada pemeriksaan. Dia bermaksud untuk berputar balik mencari jalan lain karena dia tahu pasti bahwa dirinya tidak akan lulus dari pemeriksaan, angka alkohol di tubuhnya pasti sangat tinggi. Tetapi begitu menoleh ke belakang, sudah banyak mobil antri di belakangnya. Dia berpikir, ah, pasrah lah saya untuk menerima denda. Begitu sampai gilirannya, terdengar suara BUMP! (benturan) besar di depan. Polisi pemeriksa itu berkata: "There's an accident in front, we have to go to check it. Count yourself lucky, just go ahead!"

Lelaki itu kegirangan karena dia pikir, wah, I'm really lucky this time.

Dengan gembira sekali dia mengendarai mobilnya pulang dan langsung tidur.

Keesokan paginya, dia terbangun oleh sirene mobil polisi. Kemudian terdengar bel pintunya berbunyi. Dia langsung berpikir, saya tidak melanggar peraturan kemarin, kenapa polisi itu datang ke rumah saya? Ah, sekarang alkohol saya pasti sudah menurun, kalaupun mau ditest sekarang saya tidak perlu takut. Dia segera bangun membuka pintu. Begitu melihat polisi kemarin, dia berkata, "Hello Sir, ada yang bisa saya bantu? "

Polisi itu menjawab: "Yes, tolong bantu kami membuka pintu garasimu."

Begitu dibuka, lelaki itu terperanjat melihat mobil di garasi bukanlah mobilnya, melainkan mobil polisi kemarin.

Sekarang dia bukan hanya menerima hukuman karena mabuk saja, tetapi juga hukuman karena mencuri.

Kalau Anda atau teman Anda suka minum minuman keras, segeralah nasehati mereka untuk menghentikan kebiasaan buruknya ini.

Alkohol bukan saja merusak kesehatan, dia juga banyak menghancurkan kehidupanmu, keluargamu, bahkan banyak kecelakaan lalulintas yang membunuh akibat alkohol.

Inilah yang saya maksudkan dengan the HORRIBLE GHOSTS!


Penerjemah: Tidak diketahui

 

 

Regards,

Sankata
PT. Ecomindo Saranacipta

YDAP Building 4th Floor

Jl. Raya PAsar Minggu Kav. 45

Jakarta, 12510 - Indonesia

Phone: +62 21 7900909 Fax: +62 21 7900808

Mobile phone : +62 819 - 77669779

Email : sankata.ec@ecomindo.com, sankatalee@gmail.com | ym : sankatalee

Blog : http://sankatalee.blogspot.com