Wednesday, September 3, 2008

Orang Bijaksana

(Dhammapada XIX,258)

Seseorang tidak bisa disebut sebagai orang Bijaksana,
hanya dikarenakan ia banyak bicara.
Akan tetapi,
orang yang terbebas dari kebencian dan ketakutan,
juga tidak melekat pada apapun serta penuh damai,
barulah pantas disebut sebagai orang yang bijaksana.


(Anguttara Nikaya II,78)

Seseorang yang bijaksana,
tidak akan menceritakan keburukan orang lain,
sekalipun jika ia ditanya, apalagi jika tidak ditanya!
Namun, apabila ia perlu untuk berbicara,
sepatutnya ia mengemukakan dengan hati-hati!
Inilah arti dari perkataan," Orang tersebut bijaksana "

Selanjutnya, seseorang yang bijaksana,
sekalipun tidak ditanya,
ia akan menceritakan kebaikan orang lain.
Namun, jika ditanya dan ia perlu untuk berbicara,
sepatutnya ia memuji kebaikan orang lain tersebut,
dengan terus terang, tanpa keraguan dan jelas!
Inilah arti dari perkataan," Orang tersebut bijaksana "

Sekali lagi, seseorang yang bijaksana,
sekalipun tidak ditanya, ia membicarakan kelemahannya.
Namun, jika ditanya kelemahannya dan ia perlu bicara,
sepatutnya ia berbicara tentang kelemahannya sendiri,
dengan terus terang, tanpa keraguan dan jelas!
Inilah arti dari perkataan," Orang tersebut bijaksana "

Akhirnya, seseorang yang bijaksana,
sekalipun ditanya,
ia tidak akan membicarakan kehebatannya.
Namun, jika ditanya kehebatannya dan ia perlu bicara,
sepatutnya ia bicarakan kehebatannya dengan hati-hati,
dengan penuh keraguan dan secara singkat!
Inilah arti dari perkataan," Orang tersebut bijaksana "


Raja Asoka,Abad ke-3 SM
(Piagam Batu Kalinga No.XII)

Seseorang semestinya,
tidak hanya menghormati agamanya sendiri,
dengan menghina agama orang lain.
Melainkan dengan menghormati agama orang lain pula,
dengan demikian,
dia menjadikan agamanya sendiri berkembang,
sekaligus membantu agama lain untuk berkembang.
Apabila dia berbuat sebaliknya,
dengan menghina agama orang lain,
maka, dia akan merusak agamanya sendiri.
Sebaliknya pula, apabila dia berpikir,
saya harus mengagungkan agama saya sendiri,
ia malahan akan merusak agamanya sendiri.
Oleh sebab itu," Keharmonisanlah yang terbaik "
Marilah kita semua mau mendengarkan,
dan bersedia mendengarkan ajaran agama lain.

Sabbe satta bhavantu sukhitatta
sadhu sadhu sadhu
Namo Buddhaya

No comments: