Friday, January 25, 2008

Ratana Sutta

Ketika itu, di kota Vesali mengalami wabah kelaparan yang
mengakibatkan banyak korban kematian bagi penduduknya terutama kaum
miskin. Karena adanya mayat yang membusuk, roh jahat mulai
bergentayangan di kota itu; yang kemudian diikuti dengan wabah campak.
Mewabahnya ketiga jenis ketakutan ini: kelaparan, mahluk halus, dan
campak mengakibatkan penduduk mencari bantuan kepada Sang Buddha yang
saat itu berdiam di Rajagaha.

Diikuti dengan sejumlah besar Bhikkhu termasuk Yang Mulia Ananda,
pengikut setiaNya, Sang Buddha datang ke kota Vesali. Tibanya Sang
Buddha diikuti dengan hujan teramat lebat dan deras, yang menyapu
semua mayat membusuk hingga udara menjadi jernih dan kota menjadi
bersih.

Setelahnya, Sang Buddha membabarkan Sutra Permata (Ratana Sutta) ini
kepada Yang Mulia Ananda, dan memberikan perintah kepadanya mengenai
bagaimana Ia harus berkeliling kota bersama penduduk Licchavi membaca
Sutra untuk tanda perlindungan bagi penduduk Vesali. Yang Mulia Ananda
mengikuti perintah tersebut dan memercikkan air suci dari mangkok Sang
Buddha kepada penduduk kota. Karenanya, semua roh jahat terusir dan
wabah campak-pun menyusut. Kemudian, Yang Mulia Ananda bersama
penduduk Vesali kembali ke Balai Umum, tempat Sang Buddha dan
pengikutnya berkumpul menanti kedatangannya. Di sana Sang Buddha
membacakan Sutra Permata tersebut kepada semua yang berkumpul:

[sunting]
Ratana Sutta (versi bahasa Indonesia)

1) Makhluk apapun juga yang berkumpul di sini, baik dari dunia maupun
ruang angkasa. Semoga semua mahluk berbahagia. Dengarkanlah dengan
seksama kata-kata yang Saya sabdakan.


2) Duhai para makhluk, perhatikanlah. Tunjukkanlah cinta kasihmu
kepada umat manusia yang mempersembahkan sesajian kepadamu siang dan
malam. Karenanya, lindungilah mereka dengan tekun.


3) Harta apa pun juga yang terdapat di sini atau di alam lain; Atau
permata tak ternilai apa pun juga di alam surga. Tiada yang menyamai
Sang Tathagata. Sesungguhnya, dalam Sang Buddha terdapat permata tak
ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.


4) Sang Bijaksana Sakyamuni menemukan lenyapnya dukkha, terlepasnya
keinginan, pembebasan dari kematian, yang luhur; Tiada apa pun yang
dapat menyamai keagungannya. Susungguhnya, dalam Dhamma terdapat
permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk
berbahagia.


5) Kesucian yang dipuja oleh Sang Buddha, dinamakan samadhi dengan
hasil segera --- tiada satu pun yang dapat menyamai tingkat samadhi
ini. Sesungguhnya, dalam Dhamma terdapat permata tak ternilai ini.
Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.


6) Delapan orang yang dipuja oleh sang Budiman, Keempat pasangan ini
adalah pengikut yang pantas mendapatkan pahala dari Sang Buddha ---
Pahala yang berbuah berkah berlimpah. Sesungguhnya, dalam Sangha
terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua
mahluk berbahagia.


7) Dengan tekad teguh mereka melaksanakan ajaran Gautama, tiada nafsu,
mereka menuai hasilnya; terbebaskan dari kematian, mereka menikmati
kedamaian abadi. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak
ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.


Cool Bagai tertanam kokoh di dalam tanah, tak tergoyahkan oleh angin
dari empat penjuru; demikianlah orang bijaksana; Saya namakan, orang
bijaksana yang telah memahami Kesunyataan Mulia. Sesungguhnya, dalam
Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga
semua mahluk berbahagia.


9) Mereka yang telah memahami Kesunyataan Mulia yang dibabarkan dengan
jelas olehNya dengan kebijaksanaan hakiki. Sekalipun mereka lalai,
mereka tidak akan terlahir di delapan alam utama. Sesungguhnya, dalam
Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga
semua mahluk berbahagia.


10) Seseorang yang telah memahami Pandangan Benar, tiga belenggu
terlepaskan serentak, --- Sakkya-ditthi (keyakinan adanya diri yang
kekal), Vicikiccha (keragu-raguan) dan Silabbataparamassa (percaya
pada takhyul) ---. Terbebaskan dari empat alam menyedihkan. Ia tak
dapat melakukan enam kejahatan berat. Sesungguhnya, dalam Sangha
terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua
mahluk berbahagia.


11) Walaupun Ia bisa melakukan beberapa kesalahan dengan perbuatan,
perkataan dan pikiran, Ia tak dapat menyembunyikannya; Adalah
keniscayaan bagi seseorang yang telah memahami jalan mulia.
Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi
kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.


12) Bagaikan hutan belukar bermekaran bunga pada awal musim panas,
demikian agunglah Dhamma menuju Nibbana yang Ia ajarkan, suatu
kebajikan sejati. Sesungguhnya, dalam Buddha terdapat permata tak
ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.


13) Ia, Yang Maha Agung, Maha Tahu, Maha Pemberi, Pembawa Keagungan,
yang mengajarkan Keagungan Dhamma. Sesungguhnya, dalam Buddha terdapat
permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk
berbahagia.


14) Karma mereka sirna, tiada muncul karma baru, pikiran mereka telah
terbebaskan dari kelahiran kembali, benih-benih lampau dimusnahkan.
Keinginan tiada timbul kembali, kebijaksanaan muncul bagaikan terang
pelita ini. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai
ini. Demi kebenaran ini, semua mahluk berbahagia.


15) Makluk apapun juga yang berada disini, baik dari dunia maupun
ruang angkasa. Marilah bersama-sama kita menghormati Sang Buddha, yang
dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia.


16) Makluk apapun juga yang berada disini, baik dari dunia maupun
ruang angkasa. Marilah bersama-sama kita menghormati Dhamma, yang
dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia.


17)Makluk apapun juga yang berada disini, baik dari dunia maupun ruang
angkasa. Marilah bersama-sama kita menghormati Sangha, yang dipuja dan
dipuji oleh para Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia


Ratana Sutta (versi bahasa Pali)

1) Yanidha bhutani samagatni, bhummani va yani va antalikkhe; Sabbe va
bhuta sumana bhavantu. Athopi sakkacca sunantu bhasitam.


2) Tasma hi bhuta nisametha sabbe, mettam karotha manusiya pajaya;
Diva ca ratto ca haranti ye balim, tasma hi ne rakkhatha appamatta.


3) Yam kinci vittam idha va huram va, saggesu va yam ratanam panitam;
Na no samam atthi Tathagatena, idampi Buddhe ratanam panitam, etena
saccena suvatthi hotu


4) Khayam viragam amatam panitam, yad-ajjhaga Sakyamuni samahito; Na
tena dhammena samatthi kinci, idampi Dhamme ratanam panitam, etena
saccena suvatthi hotu.


5) Yem Buddhasettho parivannayi sucim, samadhim-anantarikannam-ahu,
samadhim tena samo na vijjati; Idampi Dhamme ratanam panitam, etena
saccena suvatthi hotu.


6) Ye puggala attha satam pasattha, cattari etani yugani honti, te
dakkhineyya Sugatassa savaka, etesu dinnani mahapphalani; Idampi
Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.


7) ye suppayutta manasa dalhena, nikkamino Gotamasasanamhi; te
pattipatta amatam vigayha, laddha mudha nibbutim bhujamana; Idampi
Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.


Cool Yathindakhilo pathavissito siya, catubbhi vatehi asampakampiyo;
Tathupamam sappurisam vadami, yo ariyasaccani avecca passati; Idampi
Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.


9) Ye ariyasaccani vibhavayanti, gambhirapannena sudesitani; Kincapi
te honti bhusam pamatta, na te bhavam atthamam-adiyanti; Idampi Sanghe
ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.


10) Saha-vassa dassanasampadaya, tayassu dhamma jahita bhavanti;
Sakkaya-ditthi vicikicchitanca, silabbatam va pi yad-atthi kinci;
Catuh-apayehi ca vippamutto, chaccabhithanani abhabba katum, idampi
Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.


11) Kincapi so kammam karoti papakam, kayena vaca uda cetasa va;
Abhabbo so tassa paticchadaya, abhhabbata ditthapadassa vutta; Idampi
Sanghe ratana panitam, etena saccena suvatthi hotu.


12) Vanappagumbe yatha phussitagge, gimhina mise pathamasmim gimhe;
Tathupamam dhammavaram adesayi, nibbinagamim paramam hitaya; Idampi
Buddhe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.


13) Varo varannu varado varaharo, anuttaro dhammavaram adesayi; Idampi
Buddhe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.


14) Khinam puranam, nava n'atthi sambhavam, virattacitta-yatike
bhavasmim, te kninabija avirulnichanda nibbanti dnira yatnayam padipo;
Idampi Sanghe ratanam panitam, etena saccena suvatthi hotu.


15) Yanidha bhutani samagatani, bhummani va yani va antaikkhe;
Tathagatam deva-manussa-pujitam, Buddnam namassama suvatthi hotu.


16) Yanidha bhutani samagatini, bnummani va yani va antalikkhe;
Tathagatam deva-manussa-pujitam, Dhammam namassama suvatthi hotu.


17) Yanidha bhutani samagatini, bhummani va yani va antalikkhe;
Tathagatam deva-manussa-pujitam, Sangham namassama suvatthi hotu.
--
Best Regards,

Sankata Lie

Thursday, January 24, 2008

Manfaat Visudhi Tisarana

Saya ceritakan sedikit kisah pada masa Sang Buddha Gotama, pada suatu
perjalanan membabarkan Dhamma, Sang Buddha bersama Ananda bertemu
dengan seorang pedagang yang membawa kereta dagangannya.

Sang Pedagang begitu bahagia ketika Sang Buddha membabarkan Dhamma
padanya, ia lalu dengan tulus mengucapkan kalimat Tisarana, bahwa ia
akan selalu berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha.

Ia juga berdana berupa kereta dagangannya pada Sang Buddha, dan
kemudian mohon pamit pada Sang Buddha.

Setelah Sang Pedagang pergi, Sang Buddha tersenyum, Ananda yang
melihat hal tsb sangat ingin tahu dan bertanya " Mengapa Sang
Tathagata tersenyum, apakah yang saya tidak mengerti ? "

Sang Buddha menjawab " Ananda, walau pada kehidupan saat ini pedagang
tadi tidak mencapai tingkat kesucian apapun, tapi berkat ketulusannya
yang mulia untuk selalu berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha, ia
tidak akan pernah mundur dari Buddha Dharma pada kehidupan2nya yang
akan datang. "

Ia akan selalu mengenal Buddha Dharma dan mempraktekkannya, hingga
pada suatu saat nanti di beberapa kehidupan yang akan datang, ia akan
mencapai tingkat kesucian secara bertahap dan mencapai Nibbana.

Demikianlah arti dari mengucapkan Tisarana secara tulus, walau
terlihat sederhana tapi manfaatnya tidak terkira.

Walau anda tidak akan mencapai Nibbana dalam kehidupan ini, tapi bila
anda memiliki keyakinan yang tidak terkira pada Buddha, Dhamma dan
Sangha.

Anda tidak akan pernah mundur dari Buddha Dharma di kehidupan2 yang
akan datang, anda akan selalu mengenal Buddha Dharma, menambah
kebajikan serta mensucikan hati dan pikiran, hingga suatu saat nanti
anda akan mencapai Nibbana.

Dan semuanya berawal dari mengucapkan Tisarana dengan setulus hati dan
penuh keyakinan.


Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia


--
Best Regards,

Sankata Lie

Wednesday, January 23, 2008

Cara yang salah di dalam mendapatkan hasil

Bhumija Sutta (Sutta ke 126 dari Majjhima Nikaya ) Theravada
CATATAN: Sutta ini juga ada pada MADHYAMAGAMA (Chung
A Han Cing), yang merupakan padanan Mahayana bagi Majjhima Nikaya
Pali. Yang mana pada Madhyamagama, Sutta ini menempati urutan ke 173,
dan dalam Bhs Mandarin disebut: FOU MI CING.


Demikianlah yang kudengar, pada suatu kesempatan Yang Terberkahi sedang
berdiam di dekat Rajagaha, di Hutan Bambu, tempat pembiakkan tupai.

Sebelum menghadap Sang Buddha Gotama, pada waktu pagi sekali, Yang Arya
Bhumija mengenakan jubahnya, membawa mangkuk dan jubah luarnya pergi ke
tempat kediaman Pangeran Jayasena.

Pada saat kedatangannya, ia duduk pada tempat yang telah dipersiapkan,
kemudian pangeran Jayasena pergi kepada Yang Arya Bhumijja, saling
bertukar salam yang baik dan ia berkata pada Yang Arya Bhumija,

"Guru Bhumija, ada beberapa brahmana yang mengajarkan ajaran ini, jika
seseorang mengikuti hidup yang suci, meskipun ia mengharapkan hasilnya,
ia akan gagal untuk mendapatkan hasilnya. Jika seseorang mengikuti hidup
suci, meskipun ia tidak mengharapkan suatu hasil apapun, ia juga akan
gagal untuk mendapatkan hasilnya. Jika seseorang mengikuti kehidupan
suci, meskipun ia mengharapkan hasil atau tidak mengharapkan hasil, ia
akan gagal untuk mendapatkan hasilnya. Jika seseorang mengikuti
kehidupan suci, meskipun tidak mengharapkan hasil maupun tidak tak
mengharapkan hasil, maka ia akan gagal untuk mendapatkan hasilnya.
Sehubungan dengan hal ini, bagaimanakah pendapat Guru Anda, bagaimanakah
pandanganNya, apakah yang dinyatakanNya?"

Ket Sutta :
Makna dari ungkapan panjang ini sebenarnya singkat saja, ada pandangan
bahwa kehidupan suci tidak berguna. Kehidupan suci tidak dapat membawa
manusia pada kebahagiaan.

Kelanjutan Sutta :
Yang Arya Bhumija mengakui bahwa ia memang belum pernah mendengar hal
itu secara langsung dari Sang Buddha, maka ia menjawab hanya berdasarkan
kira-kira saja:

"Aku belum pernah mendengar hal ini langsung dari Yang Terberkahi, O
Pangeran, aku belum pernah menerima hal ini langsung dari Yang
Terberkahi, namun ada kemungkinan bahwa Yang Terberkahi akan menjawab
seperti ini: Jika seseorang tidak mengikuti kehidupan suci dengan benar,
maka meskipun ia berharap untuk mendapatkan hasilnya, ia akan gagal
mendapatkan hasilnya. Jika seseorang tidak mengikuti kehidupan suci
dengan benar, maka meskipun ia tidak mengharapkan sesuatu, mengharapkan
dan tidak mengharapkan sesuatu,… tidak mengharapkan dan tidak tak
mengharapkan sesuatu, maka ia akan gagal mendapatkan hasil.

Namun jika seseorang mengikuti kehidupan suci dengan benar, maka dengan
mengharapkan hasil, ia akan mendapatkan hasil. Jika seseorang mengikuti
kehidupan suci dengan benar,… dengan tanpa mengharapkan hasil,… dengan
mengharapkan dan tanpa mengharapkan hasil,… dengan tidak mengharapkan
dan tidak tak mengharapkan hasil, maka ia akan mendapatkan hasil."

Pangeran Jayasena merasa puas dengan jawaban itu, ia mengatakan bahwa
kalau memang benar itu yang dikatakan oleh Guru dari Yang Arya Bhumija,
maka pandangan itu dapat mengalahkan pendapat para Brahmana tersebut.

Sepulang dari pindapatta, Yang Arya Bhumijja kemudian menceritakan hal
itu pada Sang Buddha. Yang Arya Bhumijja menanyakan apakah yang
diungkapkannya sudah benar dan sesuai dengan Dhamma yang dibabarkan Sang
Buddha. Ternyata Sang Buddha menyetujui hal tersebut.

"Tentu saja, Bhumija, di dalam menjawab dengan cara demikian ketika
ditanya, engkau telah berbicara sesuai dengan apa yang telah Kukatakan,
engkau tidak mensalah tafsirkan Aku dengan apa yang tidak benar, dan
engkau menjawab sesuai dengan Dhamma sehingga tidak ada lagi orang yang
pemikirannya sejalan dengan Dhamma akan mempunyai alasan-alasan untuk
menyalahkanmu."

Sang Buddha menjelaskan bahwa bagi para brahmana dengan pandangan salah,
tindakan salah, ucapan salah, cara hidup yang salah, usaha yang salah,
konsentrasi salah, dan lain sebagainya, maka bila mereka melakukan hidup
suci baik dengan mengharapkan, tidak mengharapkan, mengharapkan dan
tidak mengharapkan, tidak mengharapkan maupun tidak
tak mengharapkan, maka mereka akan gagal mendapatkan hasil.

Mengapa hal itu terjadi ?

"Karena cara yang salah dalam mendapatkan hasil."

Sang Buddha kemudian memberikan beberapa analogi mengenai hal itu, yang
akan kita ambil beberapa saja:

"Bayangkan ada seseorang yang membutuhkan susu, mencari susu, mengembara
untuk mendapatkan susu, dan ia memerah tanduk dari sapi yang baru saja
melahirkan. Jika ia memerah tanduk dari sapi yang baru saja melahirkan,
maka meskipun dengan mengharapkan,.. tidak mengharapkan,.. mengharapkan
dan tidak mengharapkan,.. tidak mengharapkan dan juga tidak tak
mengharapkan [suatu hasil], maka akan gagal untuk mendapatkan hasilnya.
Mengapa demikian? Karena cara yang salah di dalam mendapatkan hasil."

"Bayangkan ada seseorang yang memerlukan api, mencari api, mengembara di
dalam mencari api, ia mengambil kayu api dan menggosokkannya pada
sebatang kayu yang basah dan berair. Jika ia mengambil kayu api dan
menggosokkannya pada sebatang kayu yang basah dan berair, maka meskipun
dengan mengharapkan,… tidak mengharapkan,.. mengharapkan dan
tidak mengharapkan,.. tidak mengharapkan dan juga tidak tak mengharapkan
[suatu hasil], maka akan gagal untuk mendapatkan hasilnya. Mengapa
demikian? Karena cara yang salah di dalam mendapatkan hasil."

Sang Buddha kemudian memberikan beberapa analogi yang merupakan
kebalikan dari cara-cara yang salah dalam mendapatkan sesuatu di atas.

"Bayangkan ada seseorang yang membutuhkan susu, mencari susu, mengembara
untuk mendapatkan susu, dan ia memerah susu sapi yang baru saja
melahirkan. Jika ia memerah susu sapi yang baru saja melahirkan, maka
meskipun dengan mengharapkan,.. tidak mengharapkan,.. mengharapkan dan
tidak mengharapkan,.. tidak mengharapkan dan juga tidak tak mengharapkan
[suatu hasil], maka ia akan berhasil untuk mendapatkan hasilnya. Mengapa
demikian? Karena cara yang benar di dalam mendapatkan hasil."

"Bayangkan ada seseorang yang memerlukan api, mencari api, mengembara di
dalam mencari api, ia mengambil kayu api dan menggosokkannya pada
sebatang kayu yang kering dan tak berair. Jika ia mengambil kayu api dan
menggosokkannya pada sebatang kayu yang kering dan tak berair, maka
meskipun dengan mengharapkan,… tidak mengharapkan,.. mengharapkan dan
tidak mengharapkan,.. tidak mengharapkan dan juga tidak tak mengharapkan
[suatu hasil], maka ia akan berhasil untuk mendapatkan hasilnya. Mengapa
demikian? Karena cara yang benar di dalam mendapatkan hasil."

Kesimpulan yang dapat diambil dari sutra ini adalah:

"Bila seseorang memiliki pandangan benar, ucapan benar, pikiran benar,
tindakan benar, kehidupan benar, daya upaya benar, perhatian benar, dan
konsentrasi yang benar. Jika mereka mengikuti kehidupan suci dengan
mengharapkan hasil, mereka akan berhasil mendapatkan hasil. Jika mereka
mengikuti kehidupan suci dengan tanpa mengharapkan apa-apa, mereka akan
berhasil mendapatkan hasil. Jika mereka mengikuti kehidupan suci dengan
mengharapkan dan tidak mengharapkan,…. Dengan tidak mengharapkan maupun
tidak tak mengharapkan mereka akan berhasil mendapatkan buah/ hasilnya.
Mengapa demikian? Karena telah menempuh cara yang benar untuk
mendapatkan hasil."

Banyak yang menganggap inti Buddha Dharma adalah sangat sederhana, yang
penting banyak berbuat baik serta sucikan hati dan pikiran, hal ini
memang benar, namun dibalik sebuah inti yang sederhana terkandung Dharma
yang sangat mendalam, yang telah dibabarkan oleh seorang Samma
SamBuddha, bila memang seseorang bertekad untuk terbebas dari
penderitaan samsara ( lahir, tua, sakit dan mati ), akan tidak
bermanfaat bila seseorang tsb tidak menempuh jalan yang benar, sesuai
Dharma yang dibabarkan seorang Samma SamBuddha, mengapa ?

Cara yang salah di dalam mendapatkan hasil


Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia

Sutta Dhamma

Sutra ini merupakan salah satu ajaran Hyang Buddha yang menerangkan
tentang hukum karma, tentang sebab musabab semua perbuatan kita yang
berlaku, baik dulu, sekarang maupun yang akan datang di dalam kehidupan
kita masing-masing.

Ketika Hyang Buddha berada di kota Rajagaha, 1250 orang Arahat datang
berkumpul bersama para mahkluk lainnya. Pertemuan para Arahat tersebut
dinamakan Caturangasannipata, mereka berkumpul di Veluvanarama (Vihara
Hutan Bambu) dan waktu itu tengah hari pada saat purnama-sidhi di bulan
Magha. waktu itu, Yang Mulia Ananda datang mendekati Hyang Bhagava. ia
memberi hormat dengan beranjali dan mengelilingi Hyang Buddha tiga kali
(berpradaksina). Setelah memberi hormat ia dengan sopan duduk di satu
sisi. kemudian Yang Mulia Ananda berkata kepada Hyang Bhagava :

"Guru, mengapa semua makhluk yang dilahirkan selalu dicengkeram oleh
dukkha (derita) seperti lobha (keserakahan), dosa (kebencian), moha
(ketidaktahuan), tidak menghormati Buddha Dhamma. tidak berbakti kepada
orang tua, tidak bermoral, tidak menjalankan sila. Generasi ini menjadi
kacau seperti benang kusut. rumput munja dan gelabah. sehingga tidak
dapat terbebas dari apaya (alam neraka), duggati (alam binatang),
vinipata (alam keruntuhan) dan samsara (lingkaran tumimbal lahir).

Banyak di antara mahkluk itu terlahir tuli, buta, bisu, idiot, cacat dan
lainnya, saling bersaing, saling merugikan, saling memusuhi, saling
membenci, saling membunuh, saling berbuat jahat dan tidak adil.
Bagaimana kita dapat mengerti rahasia kesunyataan (sebab musabab) apa
yang tersembunyi di balik kenyataan hidup ini. dan apakah akibat buruk
dari setiap perbuatan jahat yang dilakukan oleh manusia ?

Semoga Guru berkenan menjelaskan kepada kami sebab musabab dari semua
perbedaan-perbedaan ini yang menyebabkan timbulnya keragu-raguan
terhadap keadilan dan kebenaran !".

"Ananda, perhatikan dengan baik, Aku akan menerangkan tentang Hukum
Karma. sebenarnya, segala sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan ini
dikarenakan akibat dari karma lampau yang berbuah, yang diwariskan dari
perbuatan pada kehidupan yang lampau, Karma lah yang menyebabkan
perbedaan-perbedaan dalam alam kehidupan ini, ada yang kaya, ada yang
miskin, ada yang bahagia, ada yang menderita, ada yang sempurna, ada
yang cacat, ada yang dipuji dan ada yang terhina.

Kemudian Hyang Bhagava melanjutkan dengan mengucapkan syair di bawah ini :

"Segala sesuatu sudah ditentukan oleh karma lampau. percaya dan tekun
mengamalkan Sutra ini akan membawa kebahagiaan dan keberhasilan yang
tiada taranya.

O, para bhikkhu, Aku akan membuat syair contoh untukmu. karena dengan
contoh maka orang-orang pintar akan dapat mengerti makna dari apa yang
dikatakan.

Membangun Vihara, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam
Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "membangun vihara"
membuat ia mendapat kedudukan terhormat (tinggi)

Membangun jalan dan jembatan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan
sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam
dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari
"membangun jalan dan jembatan" membuat ia mendapat keselamatan dalam
perjalanan serta memiliki kendaraan yang bagus

Berdana jubah, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam
Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memberi jubah untuk
bhikku" membuat ia memiliki cukup sandang serta berpakaian bagus

Berdana makanan dan minuman, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri,
dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke
alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memberi makanan dan
minuman untuk orang miskin" membuat ia kaya

Berdana untuk Bhikkhu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke
alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memberi untuk
keperluan Bhikkhu" membuat ia memiliki rumah mewah

Kikir dan tidak mau berdana, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri,
dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang,
atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "kikir dan
tidak mau berdana" membuat ia miskin

Membangun sekolah dan rumah sakit, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan
sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam
dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari
"membangun sekolah dan rumah sakit" membuat ia hidup sukses dan bahagia

Memuja Hyang Buddha, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke
alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memuja Hyang Buddha
dengan bunga" membuat ia memiliki wajah yang rupawan

Tekun membaca paritta dan melaksanakan Sila, O bhikkhu, menganjurkan,
melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke
alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari
"tekun membaca paritta dan melaksanakan sila" membuat ia cerdas dan
bijaksana

Membabarkan Dharma, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke
alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "meyebarkan Dharma
dalam Dharmasala" membuat ia mendapatkan isteri yang cantik dan berbudi.

Menghias Altar, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam
Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menghias altar Hyang
Buddha dengan macam-macam dekorasi, hiasan yang bagus dan pantas"
membuat ia sukses dalam perkawinan

Menolong orang sebatang kara, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan
sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam
dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari
"menghormati dan menolong orang sebatang kara" membuat ia memiliki orang
tua yang baik

Membunuh makhluk hidup, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "membunuh makhluk
hidup" membuat ia pendek umur

Mencuri, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "mengambil barang milik
orang lain" membuat ia kehilangan barang-barangnya

Berzinah, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "melakukan hubungan seks
yang tidak diperkenankan" membuat ia dimusuhi lingkungannya.

Berdusta, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "berdusta" membuat ia
sering mendapat tuduhan palsu

Bergossip, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "sering menceritakan
keburukan orang lain" membuat ia ditingggalkan oleh kawan-kawannya

Berkata kasar, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "berkata kasar" membuat ia
sering menerima kata-kata yang tidak menyenangkan

Mengobrol kosong , O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "mengobrol kosong"
membuat ia tidak dapat berbicara dengan jelas

Berburu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "berburu binatang" membuat
ia menjadi yatim piatu

Melepas Binatang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam
brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "membebaskan binatang
yang tertangkap orang" membuat ia memiliki anak yang sukses

Menolong hidup makhluk lain, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri,
dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke
alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menyelamatkan nyawa
makhluk lain" membuat ia panjang umur dan bahagia

Merusak lingkungan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "merusak hutan,
tanaman, tumbuhan bunga" membuat ia tidak mempunyai keturunan

Memperkosa, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memperkosa anak, isteri
orang lain" membuat ia hidup sengsara dan kesepian

Meniup lilin altar, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "tidak mengenal rasa
hormat dan dengan sengaja meniup lilin atau lampu altar Hyang Buddha"
membuat mulutnya menjadi cacat

Menghina suami, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menghina dan memukul
suami" membuat ia menjadi janda

Lupa Budi, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "melupakan budi dan jasa
orang lain" membuat ia menjadi budak (kuli)

Menyeleweng, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menyeleweng dengan istri
atau suami orang lain" membuat ia hidup kesepian

Menyesatkan orang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menyesatkan orang
dengan bacaan porno" membuat matanya jadi buta

Berdana minyak lampu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke
alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "berdana minyak
lampu untuk altar Hyang Buddha" membuat ia dikaruniai mata yang indah
dan terang

Mencaci maki orang tua, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "mencaci maki orang tua
" membuat ia menjadi bisu dan tuli

Memukul orang tua, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memukul orang tua"
membuat tangannya cacat

Menertawakan siswa Hyang Buddha, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan
sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam
binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari
"menertawakan siswa Hyang Buddha dan tidak menghormati Buddha Dharma"
membuat punggungnya bongkok

Menodong dan merampok, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menodong dan merampok"
membuat ia berkaki cacat

Tidak membayar hutang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "tidak membayar hutang"
membuat ia terlahir kembali menjadi kerbau atau kuda

Menipu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menipu dan mencelakakan
orang lain" membuat ia terlahir kembali menjadi babi atau anjing

Berbuat kejam dan sadis, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "berbuat kejam dan
sadis" membuat ia hidup lama di penjara

Meracuni makhluk lain, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "meracuni makhluk lain"
membuat ia mati keracunan

Menolong orang sakit, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke
alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memberi obat
menolong orang sakit atau luka" membuat ia selalu sehat

Memfitnah, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memfitnah dan mengadu
domba" membuat ia muntah darah

Tidak setia, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "tidak setia dan
berkhianat" membuat ia hidup sengsara dan menyedihkan

Minum minuman keras, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "minum-minuman keras"
membuat ia mabuk, ketagihan dan tidak dihormati orang

Membuat makhluk lain mati kelaparan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan
sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam
binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "membuat
makhluk lain mati kelaparan" membuat ia menjadi mati kelaparan

Menghina orang miskin, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menghina orang miskin"
membuat ia berbadan cebol dan jelek

Mendengarkan Dharma dengan kurang perhatian, O bhikkhu, menganjurkan,
melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka,
ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari
"mendengarkan Dharma dengan kurang perhatian" membuat ia menjadi tuli

Menyiksa binatang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menyiksa binatang"
membuat badannya korengan dan bisulan

Iri hati, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "iri hati dan cemburu akan
kesuksesan dan kebahagiaan orang lain" membuat ia kesepian, bau busuk
dan korengan

Sumpah palsu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering
diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke
setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "sumpah palsu" membuat ia
mati disambar geledek, petir atau api.

Memuja Hyang Buddha dengan daging, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan
sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam
binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memuja
Hyang Buddha dengan daging" membuat ia menderita penyakit kulit

Berdagang dengan tidak jujur, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan
sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam
binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari
"berdagang dengan tidak jujur" membuat ia menderita penyakit korengan

Berburu dengan tali atau jala, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan
sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam
binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "berburu
binatang dengan tali atau jala " membuat ia mati tergantung

Bermusuhan, benci dan dendam, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan
sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam
binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari
"bermusuhan, benci dan dendam" membuat ia mati digigit binatang (jelmaan
dari musuhnya)

Menggugurkan kandungan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan
sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau
ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menggugurkan
kandungan" membuat ia tidak dapat melahirkan

Apapun yang kita lakukan akan kembali kepada kita, jadi terimalah segala
pahala maupun pembalasan terhadap diri kita. jangan mengira kejahatan
yang kita lakukan tidak akan ada akibatnya. akan terbukti dan dialami
sendiri dalam kehidupan ini atau kehidupan mendatang.

Kalau tidak percaya berkah dari melaksanakan Buddha-Dharma. lihatlah
kebahagiaan yang dinikmati oleh para siswa Sang Buddha. Karma kehidupan
lalu menentukan pahala kehidupan sekarang. Karma kehidupan sekarang akan
menentukan kehidupan mendatang.

Bagi orang yang tidak percaya ajaran Karma, akan jatuh terlahir di
alam-alam rendah.
Bagi orang yang menghayati dan mengamalkan ajaran Dhamma ini, akan
terlahir di alam-alam sorga.
Bagi orang yang menyebarluaskan Sutta ini, akan menjadi maju dan jaya.
Bagi orang yang mencetak Sutta ini, Kehidupannya akan sukses dan dihormati.
Bagi orang yang menyimpan Sutta ini, akan terlindung dari malapetaka.
Bagi orang yang mengkhotbahkan ajaran Dharma ini, dalam kehidupannya
akan sukses dan cerdas.
Bagi orang yang membacakan Sutta ini kepada orang lain, akan dihormati
dan dicintai orang banyak.

Jika karma tidak berakibat, mengapa Bhikkhu Moggallana bertekad menolong
ibunya dari penderitaan alam neraka ?

"Begitulah Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah umur pendek karena
suatu sebab tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan tentang
pertanyaan : "Apakah sebab umur pendek itu ?", Engkau harus menjawab
:"Membunuh makhluk hidup, kejam dan gemar memukul dan membunuh, tanpa
mempunyai rasa kasihan kepada makhluk hidup adalah sebab umur pendek.
Orang yang melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan
jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh
kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan
kembali sebagai manusia, dimana saja ia akan bertumimbal lahir, maka
umurnya akan pendek."

"Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah menderita banyak penyakit karena
suatu sebab tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan tentang
pertanyaan : "Apakah sebab menderita banyak penyakit itu ?", Engkau
harus menjawab :"Menyakiti makhluk lain dengan menggunakan tinju, batu,
tongkat atau senjata, gembira melihat makhluk lain menderita adalah
sebab menderita banyak penyakit. Orang yang melakukan dan melaksanakan
perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan
terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau
neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia, dimana saja
ia akan bertumimbal lahir, ia akan menderita banyak penyakit."

"Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah rupa buruk karena suatu sebab
tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan tentang pertanyaan :
"Apakah sebab rupa buruk itu ?", Engkau harus menjawab :"Cepat marah,
lekas naik darah; untuk hal kecil saja yang diceritakan padanya ia sudah
menjadi murka, marah, berkeras kepala, memperlihatkan kegusarannya,
kebenciannya dan kecurigaannya adalah sebab rupa buruk. Orang yang
melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur
setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan
penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai
manusia, dimana saja ia akan bertumimbal lahir, ia akan mempunyai rupa
yang buruk."

"Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah mempunyai wibawa/pengaruh sedikit
sekali karena suatu sebab tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan
tentang pertanyaan : "Apakah sebab mempunyai pengaruh sedikit sekali itu
?", Engkau harus menjawab :"Iri hati, penuh rasa dengki dan benci,
mengiri kalau orang menerima hadiah, diberi tempat menginap,
penghargaan, penghormatan, dimuliakan, dan diberi persembahan dengan
sopan santun adalah sebab mempunyai pengaruh sedikit sekali. Orang yang
melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur
setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan
penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai
manusia, dimana saja ia akan bertumimbal lahir, ia akan mempunyai
pengaruh sedikit."

"Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah miskin karena suatu sebab
tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan tentang pertanyaan :
"Apakah sebab miskin itu ?", Engkau harus menjawab :"Tak pernah
memberikan makanan, minuman, jubah, pengangkutan, bunga, wangi-wangian,
obat-obatan, tempat menginap, tempat tinggal. lampu dan sebagainya
kepada bhikkhu dan pandita adalah sebab menjadi miskin. Orang yang tidak
melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur
setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan
penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai
manusia, dimana saja ia akan bertumimbal lahir, ia akan menjadi orang
miskin."

"Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah orang menjadi rendah karena suatu
sebab tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan tentang pertanyaan
: "Apakah sebab orang rendah itu ?", Engkau harus menjawab :"tinggi hati
dan penuh kesombongan, tak mau menghormat kepada orang yang patut
dihormati, tak mau berdiri untuk siapa ia patut berdiri, tak mau memberi
tempat duduk kepada yang patut diberi tempat duduk, tak memberi kamar
kepada yang patut diberi kamar, tidak menjamu yang patut dijamu, tak
memberi hormat dan penghargaan kepada yang patut diberi hormat dan
penghargaan. dan juga tak memberikan persembahan kepada yang patut
diberi persembahan adalah sebab menjadi orang rendah. Orang yang tidak
melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur
setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan
penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai
manusia, dimana saja ia akan bertumimbal lahir, ia akan dilahirkan
sebagai orang rendah."

"Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah orang dungu karena suatu sebab
tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan tentang pertanyaan :
"Apakah sebab orang dungu itu ?", Engkau harus menjawab :"Tak
mengunjungi para bhikkhu dan menanyakan kepada mereka : apakah yang
dimaksud dengan karma baik, Bhante ? Apakah yang dimaksud dengan karma
tidak baik ? Apa yang tercela ? Apa yang terpuji ? apa yang harus
dilakukan ? apa yang tidak harus dilakukan ? Perbuatan apakah yang dapat
mengakibatkan celaka dan penderitaan untuk waktu yang lama ? Perbuatan
mana yang dapat membawa berkah dan kebahagiaan untuk waktu yang lama?"
adalah sebab menjadi orang dungu. Orang yang tidak melakukan dan
melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati,
akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau
neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia, dimana saja
ia akan bertumimbal lahir, ia akan dilahirkan sebagai orang dungu."

"Ananda, Pemilik dari perbuatan adalah makhluk, ia adalah ahli waris
dari perbuatannya, perbuatannya adalah rahim dari mana ia lahir, kepada
perbuatannya ia terikat, namun perbuatannya juga merupakan pelindungnya.
Perbuatan apapun yang ia lakukan, baik atau buruk, ia juga kelak yang
menjadi ahli warisnya. Terdapat orang yang gemar membunuh makhluk hidup,
mengambil milik orang lain, melakukan perbuatan asusila dengan wanita;
berbicara yang tidak benar, sering menggossip orang lain, menggunakan
kata-kata kasar, suka ngobrol kosong, tamak, berhati kejam dan mengikuti
pandangan yang keliru.

Dan ia terikat erat-erat kepada perbuatannya yang dilakukan dengan
jasmani, ucapan atau pikiran. Dengan sembunyi-sembunyi ia melakukan
perbuatan-perbuatan, mengucaokan kata-kata dan memikirkan sesuatu; dan
sembunyi-sembunyi pula cara dan tujuannya.

Tetapi Aku katakan kepadamu : " Bagaimana tersembunyinyapun cara dan
tujuannya, orang itu pasti akan menerima salah satu dari kedua akibat
ini, yaitu siksaan dari neraka atau terlahir sebagai binatang yang
merangkak." Demikianlah tumimbal lahir dari makhluk-makhluk : "Sesuai
dengan Karmanya mereka akan bertumimbal lahir. Dan dalam tumimbal
lahirnya itu mereka akan menerima akibat dari perbuatannya sendiri."
Karena itu Aku menyatakan :"Pemilik dan ahli waris perbuatan adalah
makhluk, perbuatannya adalah rahim dari mana ia lahir, kepada
perbuatannya ia terikat, namun perbuatannya juga merupakan pelindungnya.
perbuatan apapun yang ia lakukan, baik atau buruk, ia juga kelak yang
menjadi ahli warisnya.

Perbuatanlah yang membuat manusia menjadi mulia dan rendah, kaya dan
miskin, bahagia dan menderita."

Setelah membabarkan ajaran Karma kepada Ananda dan para Arahat, lalu
Sang Bhagava menambahkan : "Contoh yang telah say berikan hanya sebanyak
setetes air dibandingkan contoh yang belum diberikan sebanyak air yang
ada di Sungai Gangga. " Kemudian sang Bhagava mengucapkan Ovada Patimokkha :

"Jangan berbuat kejahatan,
Perbanyaklah perbuatan baik,
sucikan hati dan pikiranmu,
Itulah Ajaran semua Buddha.

Kesabaran adalah cara bertapa yang paling baik,
Sang Buddha bersabda :
Nibbanalah yang tertinggi dari semuanya.
Beliau bukan Pertapa yang menindas orang lain.
Beliau bukan pula pertapa yang menyebabkan kesusahan orang lain.

Tidak menghina, tidak melukai,
Mengendalikan diri sesuai dengan tata tertib,
Makan secukupnya,
Hidup dengan menyepi,
Dan senantiasa berpikir luhur,
Itulah Ajaran semua Buddha.

Kemudian Yang Mulia Ananda berkata : "Pada generasi yang kacau ini,
bayak manusia telah mengisi kehidupannya dengan perbuatan-perbuatanjahat
dikarenakan ketidak-tahuan mereka akan ajaran dan Hukum Karma. Kami
sangat senang dan gembira< Bhante. Dengan panjang lebar dan penuh cinta
kasih Bhante telah menguraikan Dharma, menjelaskan bagaikan orang yang
menegakkan kembali apa yang roboh, atau memperlihatkan apa yang
tersembunyi, atau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat, atau
membawa lampu di waktu gelap gulita, sambil berkata, "Siapa yang punya
mata, silahkan melihat."

Demikianlah Dharma telah dibabarkan Bhante dalm berbagai cara, dan Kami
berjanji untuk melaksanakan dengan sungguh-sungguh Ajaran Karma mulai
hari ini sampai akhir hayat nanti. Begitu mulianya Dharma ini sehingga
bagi siapa saja yang menulis, membaca, mencetak, menyebarluaskan sutta
ini, atau digunakan untuk memuja para Buddha, akan dianugerahi dengan
kebahagiaan dan kesuksesan besar.Dan kelak nanti setelah meninggal akan
terlahir bahagia di Buddha-Loka tempat para siswa Buddha bersemayam."

Setelah Ananda berkata demikian, para Arahat, para Bhikkhu, para
Upasaka, para Dewa, para Asura, para Gandabha, para mahkluk halus
lainnya menjadi gembira hatinya denagn kata-kata Sang Bhagava. Mereka
berjanji untuk melaksanakan dengan sungguh-sungguh Ajaran Karma ini.

JIKA BERTANYA SEBAB KEHIDUPAN SEBELUMNYA
YAITU APA YANG DITERIMA PADA KEHIDUPAN INI

JIKA BERTANYA AKIBAT KEHIDUPAN MENDATANG
YAITU APA YANG DIPERBUAT PADA KEHIDUPAN INI

Jangan meremehkan kejahatan denagn mengatakan bahwa kejahatan yang
kulakukan kecil sekali, tidak akan berakibat apa-apa kepadaku, tetapi
sebenarnya ibarat air yang jatuh setetes demi setetes akhirnya dapat
memenuhi sebuah gentong. Demikianlah orang yang dungu sedikit demi
sedikit mengisi dirinya dengan kejahatan.

Tidak di langit, tidak di tengah samudera, juga tidak di dalam gua atau
di puncak gunung; tidak ada suatu tempatpun di dunia ini yang dapat
dipakai orang untuk menghindarkan diri dari akibat perbuatannya yang jahat.

Di alam ini ia menderita, juga di alam sana
Di kedua alam ini orang jahat menderita
Ia menderita karena diganggu oleh pikirannya
Ia akan lahir di neraka dicengkeram oleh derita

Jangan meremehkan kebajikan dengan mengatakan bahwa kebajikan yang
kulakukan hanya sedikit, tak akan membawa pahala bagiku. Tetapi
sebenarnya, ibarat air yang jatuh setetes demi setetes akhirnya orang
yang bijaksana mengisi dirinya sedikit demi sedikit dengan kebajikan.

Di alam ini ia berbahagia, juga di alam sana
Di kedua alam ini orang yang baik hidup bahagia
Ia berbahagia dalam menikmati kebahagiaan
Ia menerima pahala dari perbuatannya yang baik

Semoga Bermanfaat,

Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia

Tuesday, January 22, 2008

Patut dibaca setiap anak!

Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah,bersabarlah sedikit terhadap aku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau
dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.

Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu
kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru, jangan
mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap "mengapa" darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk
memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk
mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau
disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai
belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang
temani aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa
syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.