Wednesday, January 23, 2008

Cara yang salah di dalam mendapatkan hasil

Bhumija Sutta (Sutta ke 126 dari Majjhima Nikaya ) Theravada
CATATAN: Sutta ini juga ada pada MADHYAMAGAMA (Chung
A Han Cing), yang merupakan padanan Mahayana bagi Majjhima Nikaya
Pali. Yang mana pada Madhyamagama, Sutta ini menempati urutan ke 173,
dan dalam Bhs Mandarin disebut: FOU MI CING.


Demikianlah yang kudengar, pada suatu kesempatan Yang Terberkahi sedang
berdiam di dekat Rajagaha, di Hutan Bambu, tempat pembiakkan tupai.

Sebelum menghadap Sang Buddha Gotama, pada waktu pagi sekali, Yang Arya
Bhumija mengenakan jubahnya, membawa mangkuk dan jubah luarnya pergi ke
tempat kediaman Pangeran Jayasena.

Pada saat kedatangannya, ia duduk pada tempat yang telah dipersiapkan,
kemudian pangeran Jayasena pergi kepada Yang Arya Bhumijja, saling
bertukar salam yang baik dan ia berkata pada Yang Arya Bhumija,

"Guru Bhumija, ada beberapa brahmana yang mengajarkan ajaran ini, jika
seseorang mengikuti hidup yang suci, meskipun ia mengharapkan hasilnya,
ia akan gagal untuk mendapatkan hasilnya. Jika seseorang mengikuti hidup
suci, meskipun ia tidak mengharapkan suatu hasil apapun, ia juga akan
gagal untuk mendapatkan hasilnya. Jika seseorang mengikuti kehidupan
suci, meskipun ia mengharapkan hasil atau tidak mengharapkan hasil, ia
akan gagal untuk mendapatkan hasilnya. Jika seseorang mengikuti
kehidupan suci, meskipun tidak mengharapkan hasil maupun tidak tak
mengharapkan hasil, maka ia akan gagal untuk mendapatkan hasilnya.
Sehubungan dengan hal ini, bagaimanakah pendapat Guru Anda, bagaimanakah
pandanganNya, apakah yang dinyatakanNya?"

Ket Sutta :
Makna dari ungkapan panjang ini sebenarnya singkat saja, ada pandangan
bahwa kehidupan suci tidak berguna. Kehidupan suci tidak dapat membawa
manusia pada kebahagiaan.

Kelanjutan Sutta :
Yang Arya Bhumija mengakui bahwa ia memang belum pernah mendengar hal
itu secara langsung dari Sang Buddha, maka ia menjawab hanya berdasarkan
kira-kira saja:

"Aku belum pernah mendengar hal ini langsung dari Yang Terberkahi, O
Pangeran, aku belum pernah menerima hal ini langsung dari Yang
Terberkahi, namun ada kemungkinan bahwa Yang Terberkahi akan menjawab
seperti ini: Jika seseorang tidak mengikuti kehidupan suci dengan benar,
maka meskipun ia berharap untuk mendapatkan hasilnya, ia akan gagal
mendapatkan hasilnya. Jika seseorang tidak mengikuti kehidupan suci
dengan benar, maka meskipun ia tidak mengharapkan sesuatu, mengharapkan
dan tidak mengharapkan sesuatu,… tidak mengharapkan dan tidak tak
mengharapkan sesuatu, maka ia akan gagal mendapatkan hasil.

Namun jika seseorang mengikuti kehidupan suci dengan benar, maka dengan
mengharapkan hasil, ia akan mendapatkan hasil. Jika seseorang mengikuti
kehidupan suci dengan benar,… dengan tanpa mengharapkan hasil,… dengan
mengharapkan dan tanpa mengharapkan hasil,… dengan tidak mengharapkan
dan tidak tak mengharapkan hasil, maka ia akan mendapatkan hasil."

Pangeran Jayasena merasa puas dengan jawaban itu, ia mengatakan bahwa
kalau memang benar itu yang dikatakan oleh Guru dari Yang Arya Bhumija,
maka pandangan itu dapat mengalahkan pendapat para Brahmana tersebut.

Sepulang dari pindapatta, Yang Arya Bhumijja kemudian menceritakan hal
itu pada Sang Buddha. Yang Arya Bhumijja menanyakan apakah yang
diungkapkannya sudah benar dan sesuai dengan Dhamma yang dibabarkan Sang
Buddha. Ternyata Sang Buddha menyetujui hal tersebut.

"Tentu saja, Bhumija, di dalam menjawab dengan cara demikian ketika
ditanya, engkau telah berbicara sesuai dengan apa yang telah Kukatakan,
engkau tidak mensalah tafsirkan Aku dengan apa yang tidak benar, dan
engkau menjawab sesuai dengan Dhamma sehingga tidak ada lagi orang yang
pemikirannya sejalan dengan Dhamma akan mempunyai alasan-alasan untuk
menyalahkanmu."

Sang Buddha menjelaskan bahwa bagi para brahmana dengan pandangan salah,
tindakan salah, ucapan salah, cara hidup yang salah, usaha yang salah,
konsentrasi salah, dan lain sebagainya, maka bila mereka melakukan hidup
suci baik dengan mengharapkan, tidak mengharapkan, mengharapkan dan
tidak mengharapkan, tidak mengharapkan maupun tidak
tak mengharapkan, maka mereka akan gagal mendapatkan hasil.

Mengapa hal itu terjadi ?

"Karena cara yang salah dalam mendapatkan hasil."

Sang Buddha kemudian memberikan beberapa analogi mengenai hal itu, yang
akan kita ambil beberapa saja:

"Bayangkan ada seseorang yang membutuhkan susu, mencari susu, mengembara
untuk mendapatkan susu, dan ia memerah tanduk dari sapi yang baru saja
melahirkan. Jika ia memerah tanduk dari sapi yang baru saja melahirkan,
maka meskipun dengan mengharapkan,.. tidak mengharapkan,.. mengharapkan
dan tidak mengharapkan,.. tidak mengharapkan dan juga tidak tak
mengharapkan [suatu hasil], maka akan gagal untuk mendapatkan hasilnya.
Mengapa demikian? Karena cara yang salah di dalam mendapatkan hasil."

"Bayangkan ada seseorang yang memerlukan api, mencari api, mengembara di
dalam mencari api, ia mengambil kayu api dan menggosokkannya pada
sebatang kayu yang basah dan berair. Jika ia mengambil kayu api dan
menggosokkannya pada sebatang kayu yang basah dan berair, maka meskipun
dengan mengharapkan,… tidak mengharapkan,.. mengharapkan dan
tidak mengharapkan,.. tidak mengharapkan dan juga tidak tak mengharapkan
[suatu hasil], maka akan gagal untuk mendapatkan hasilnya. Mengapa
demikian? Karena cara yang salah di dalam mendapatkan hasil."

Sang Buddha kemudian memberikan beberapa analogi yang merupakan
kebalikan dari cara-cara yang salah dalam mendapatkan sesuatu di atas.

"Bayangkan ada seseorang yang membutuhkan susu, mencari susu, mengembara
untuk mendapatkan susu, dan ia memerah susu sapi yang baru saja
melahirkan. Jika ia memerah susu sapi yang baru saja melahirkan, maka
meskipun dengan mengharapkan,.. tidak mengharapkan,.. mengharapkan dan
tidak mengharapkan,.. tidak mengharapkan dan juga tidak tak mengharapkan
[suatu hasil], maka ia akan berhasil untuk mendapatkan hasilnya. Mengapa
demikian? Karena cara yang benar di dalam mendapatkan hasil."

"Bayangkan ada seseorang yang memerlukan api, mencari api, mengembara di
dalam mencari api, ia mengambil kayu api dan menggosokkannya pada
sebatang kayu yang kering dan tak berair. Jika ia mengambil kayu api dan
menggosokkannya pada sebatang kayu yang kering dan tak berair, maka
meskipun dengan mengharapkan,… tidak mengharapkan,.. mengharapkan dan
tidak mengharapkan,.. tidak mengharapkan dan juga tidak tak mengharapkan
[suatu hasil], maka ia akan berhasil untuk mendapatkan hasilnya. Mengapa
demikian? Karena cara yang benar di dalam mendapatkan hasil."

Kesimpulan yang dapat diambil dari sutra ini adalah:

"Bila seseorang memiliki pandangan benar, ucapan benar, pikiran benar,
tindakan benar, kehidupan benar, daya upaya benar, perhatian benar, dan
konsentrasi yang benar. Jika mereka mengikuti kehidupan suci dengan
mengharapkan hasil, mereka akan berhasil mendapatkan hasil. Jika mereka
mengikuti kehidupan suci dengan tanpa mengharapkan apa-apa, mereka akan
berhasil mendapatkan hasil. Jika mereka mengikuti kehidupan suci dengan
mengharapkan dan tidak mengharapkan,…. Dengan tidak mengharapkan maupun
tidak tak mengharapkan mereka akan berhasil mendapatkan buah/ hasilnya.
Mengapa demikian? Karena telah menempuh cara yang benar untuk
mendapatkan hasil."

Banyak yang menganggap inti Buddha Dharma adalah sangat sederhana, yang
penting banyak berbuat baik serta sucikan hati dan pikiran, hal ini
memang benar, namun dibalik sebuah inti yang sederhana terkandung Dharma
yang sangat mendalam, yang telah dibabarkan oleh seorang Samma
SamBuddha, bila memang seseorang bertekad untuk terbebas dari
penderitaan samsara ( lahir, tua, sakit dan mati ), akan tidak
bermanfaat bila seseorang tsb tidak menempuh jalan yang benar, sesuai
Dharma yang dibabarkan seorang Samma SamBuddha, mengapa ?

Cara yang salah di dalam mendapatkan hasil


Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia

No comments: