Thursday, March 13, 2008

Sutra Kelenyapan Dharma

            Sutra Kelenyapan Dharma
---------------------------

Demikianlah yang telah kudengar. Pada saat itu
Buddha ada di negeri
Kusinagara. Tathagata akan parinirvana dalam tiga
bulan dan para bhiksu
dan Boddhisattva berikut banyak sekali makhluk hidup
lain sudah datang
untuk menyembah dan bersujud kepada Buddha. Sang
Bhagavan dalam keadaan
tenang dan diam. Buddha tidak bicara satu kata pun dan
cahayaNya tidak
muncul.
Ananda bersujud dan bertanya kepada Buddha, "Oh
Bhagavan, sebelum
ini setiap kali Tathagata memberikan Dharma, cahaya
mempesona muncul.
Namun hari ini dalam persamuan besar ini tidak ada
pancaran cahaya.
Pasti ada sebab musabab untuk ini dan kami ingin
mendengar penjelasan
Bhagavan."
Buddha tetap diam dan tidak menjawab sampai
permintaan diulang tiga
kali. Buddha kemudian memberitahu Ananda.
"Setelah saya parinirvana, ketika Dharma sudah
menjelang lenyap,
pada waktu Lima Kemerosotan (kemerosotan kalpa,
kemerosotan pandangan,
kemerosotan kekotoran batin, kemerosotan makhluk hidup
dan kemerosotan
usia) sedang melanda dunia, gaya hidup sesat akan
tumbuh dengan subur.
Mara-mara akan berpura-pura menjadi Sramana; mereka
akan menyesatkan dan
merusak ajaran saya, mengenakan pakaian orang awam,
mereka lebih suka
berjubah indah yang terbuat dari kain yang
berwarna-warni. Mereka akan
minum minuman keras, makan daging, membunuh makhluk
lain, dan mereka
akan menurutkan nafsu mereka memakan makanan yang
dibumbui dengan
beraneka ragam rasa. Tidak berbelas kasih dan bahkan
saling membenci di
antara mereka.
"Pada waktu itu akan ada Boddhisattva,
Pratyekabuddha, dan Arhat
yang akan dengan hormat dan tekun menanam kebajikan
yang tak ternoda.
Mereka akan dihormati orang dan ajaran mereka akan
adil dan sederajat.
Mereka akan menaruh belas kasihan terhadap orang
miskin, teringat kepada
orang yang sudah lanjut usia, dan mereka akan
menyelamatkan dan memberi
wejangan kepada orang yang dalam kesusahan. Mereka
akan selalu
memotivasi orang lain untuk menghormati dan melindungi
Sutra dan pratima
Buddha. Mereka akan melakukan hal yang bermanfaat,
tegas dan baik hati
dan tidak pernah mencelakakan orang lain. Mereka akan
mengorbankan
jasmaninya untuk kemaslahatan makhluk hidup. Mereka
tidak akan
memperdulikan keadaannya sendiri tetapi akan sabar,
mengalah, manusiawi
dan damai.
"Jika orang seperti ini ada, gerombolan bhiksu
jahat akan iri hati.
Yang jahat akan mengejek, memfitnah dan mencemarkan
nama baik mereka,
mengusir dan merendahkan derajat mereka. Yang jahat
akan mengasingkan
bhiksu yang baik dari masyarakat biara. Kemudian yang
jahat ini tidak
akan menanam jalan kebajikan. Vihara dan caitya mereka
akan kosong dan
tak terawat. Karena tidak dipelihara, tempat itu lama
kelamaan akan
menjadi puing reruntuhan dan dilupakan orang. Bhiksu
yang jahat hanya
haus akan kekayaan dan menimbun harta benda. Mereka
akan menolak
membagikan kekayaannya satu bagian pun atau
menggunakannya untuk
memperoleh berkah dan kebajikan."
"Pada waktu ini, bhiksu jahat akan membeli dan
menjual budak untuk
bercocok tanam dan membuka hutan gunung dengan cara
tebas-bakar. Mereka
akan mencelakakan makhluk hisup dan tidak ada rasa
belas kasihan sedikit
pun. Budak-budak ini akan menjadi bhiksu dan pelayan
wanita menjadi
bhiksuni. Sama sekali tidak berkelakukan baik, mereka
akan bertindak
sesuka hati dan berkelakuan amoral. Dalam kondisi
pikiran yang kacau,
mereka tidak akan memisahkan laki-laki dan wanita di
masyarakat vihara.
Merekalah biang kemerosotan Dharma. Buronan akan
mencari perlindungan di
Jalan-Ku, ingin menjadi Sramana tetapi tidak mau
mematuhi vinaya (sila).
Walaupun Pratimoksa Sila dibacakan dua kali sebulan,
tetapi hanya dalam
nama saja. Karena mereka malas dan lemah, tidak ada
orang yang mau
mendengar ajaran lagi. Sramana yang jahat ini tidak
akan sudi membacakan
seluruh ajaran Sutra melainkan akan meringkas di
bagian depan dan di
bagian belakang teks sesuka hati. Tidak lama kemudian
praktek pembacaan
Sutra akan berhenti sama sekali. Sekalipun ada yang
membacakan teks,
mereka tidak akan berpendidikan, tidak memenuhi
syarat, namun bersikeras
bahwa merekalah yang betul. Tidak mau bertanya kepada
yang paham,
bersikap sombong dan angkuh, orang ini cenderung
mencari kemasyhuran dan
keagungan. Mereka suka berpura-pura dan bergaya alim
dengan harapan bisa
menarik sumbangan dari orang lain.
"Ketika bhiksu jahat ini wafat mereka akan jatuh
ke neraka Avici.
Berbuat lima dosa besar, mereka akan terlahir sebagai
hantu kelaparan
dan hewan selama berkalpa-kalpa sebanyak jumlah pasir
di sungai Gangga.
Setelah karma mereka sudah selesai dilaksanakan,
mereka akan dilahirkan
di tempat terpencil yang tidak ada Triratna."
"Waktu Dharma akan berakhir, wanita akan menjadi
giat dan selalu
berbuat kebajikan. Sebaliknya laki-laki akan menjadi
malas dan tidak
lagi mempraktekkan Dharma. Mereka akan melihat Sramana
seperti kotoran
hewan dan tidak beriman. Ketika Dharma sudah akan
berakhir, semua dewa
akan mulai menangis. Sungai-sungai akan menjadi kering
dan lima jenis
padi tidak akan matang. Penyakit epidemik akan
bersimaharajarela, jumlah
korban banyak sekali. Banyak orang akan bekerja
membanting tulang dan
menderita sedangkan pejabat daerah akan bersekongkol
dan membuat rencana
jahat. Tidak ada yang mematuhi peraturan; semuanya
hanya
bersenang-senang saja. Orang jahat makin banyak,
sebanyak pasir di dasar
laut. Orang baik susah dicari; paling banyak hanya ada
satu atau dua
orang saja. Ketika akhir zaman sudah mendekat,
revolusi matahari dan
bulan menjadi lebih pendek dan umur manusia menjadi
lebih pendek. Rambut
akan memutih waktu umur empat puluh. Disebabkan
kelakukan tidak bermoral
yang sudah berlebihan, laki-laki menghabiskan
spermanya sehingga wafat
di waktu umur muda, biasanya sebelum enam puluh tahun.
Walau umur
laki-laki turun, umur wanita akan naik menjadi tujuh
puluh, delapan
puluh, sembilan puluh, atau seratus tahun."
"Sungai-sungai besar akan bergolak melawan siklus
alam sehingga
tidak harmonis, namun manusia tidak perduli
memperhatikannya dan tidak
merasa khawatir. Iklim yang berfluktuasi secara
ekstrim akan segera
dianggap biasa. Manusia dari semua ras akan bercampur
aduk secara
sembarangan, tanpa perduli terhadap yang baik dan
jahat. Mereka akan
timbul tenggelam seperti makhluk yang diberi makanan
di air."
"Saat itu, ada Boddhisattva, Pratyekabuddha, dan
Arhat, karena
diusir para Mara, tak dapat menghadiri pertemuan umat.
Ketiga yana
(kereta) terpaksa masuk gunung, tempat kebajikan
bersemayam. Mereka
bahagia dalam hidup yang sederhana, usia mereka pun
menjadi panjang.
Dewa akan melindungi dan bulan akan menyinari mereka.
Tiga kereta akan
mempunyai kesempatan untuk berkumpul dan Jalan
Kebenaran akan berkembang
walaupun sebentar. Namun dalam kurun waktu lima puluh
dua tahun, Sutra
Suranggama dan Sutra
Pratyutpanna-buddha-sammukhavasthita-samadi akan
lenyap terlebih dahulu. Dua belas divisi dari ajaran
Buddha akan
berangsur-angsur ikut hilang, takkan pernah muncul
lagi. Kata-kata dan
kitabnya tidak akan ditemukan selamanya. Jubah Sramana
akan berubah
warna menjadi putih. Ketika DharmaKu musnah, polanya
diibaratkan seperti
lampu minyak yang menyala sangat terang sesaat sebelum
padam. Demikian
juga Dharma saya akan seperti padamnya lampu tersebut.
Setelah itu susah
dikatakan dengan pasti apa yang akan terjadi
berikutnya."
"Jadi ini akan berlanjut sampai beberapa puluh
juta tahun kemudian.
Saat Maitreya akan lahir di dunia untuk menjadi Buddha
yang berikut,
segenap bumi ini akan damai. Hawa jahat pun
menghilang, hujan akan turun
teratur, panen akan berlimpah. Pohon akan tumbuh
sangat tinggi dan
manusia akan tumbuh setinggi delapan puluh kaki (24
meter). Umur
rata-rata akan menjadi 84.000 tahun. Makhluk hidup
yang terbebaskan tak
terhitung jumlahnya."
Ananda bertanya kepada Buddha, "Apa yang kita
sebutkan untuk Sutra
ini dan bagaimanakah kita akan menegakkannya?"
Buddha berkata, "Ananda, Sutra ini disebut Sutra
Kelenyapan Dharma.
Beritahu semua orang agar menjadi maklum; berkah dari
perbuatanmu tak
akan terhitung."
Setelah mendengar penjelasan Buddha tentang Sutra
ini, keempat
golongan siswa menjadi sedih dan menangis. Mereka
semua bertekad
mencapai kesucian menyelami kebenaran. Setelah
bersujud kepada Buddha,
mereka kembali ke tempat masing-masing.

------------------------------------------------------------ ---
Namaste _/\_

Om Mani Padme Hum

 

Regards,

Sankata
PT. Ecomindo Saranacipta

YDAP Building 4th Floor

Jl. Raya PAsar Minggu Kav. 45

Jakarta, 12510 - Indonesia

Phone: +62 21 7900909 Fax: +62 21 7900808

Mobile phone : +62 819 - 77669779

Email : sankata.ec@ecomindo.com, sankatalee@gmail.com | ym : sankatalee

Blog : http://sankatalee.blogspot.com

 

No comments: